Di hari kedua, tanggal 23 Desember 2024, kami pun menikmati Telaga Manjer sambil ngopi di Cabin Cafe In The Wood. Cerita perjalanan ini akan menjadi catatan perjalanan olret menikmati Dieng dalam tema Jelajah Dieng. Lantas bagaimana kisah selengkapnya?
*****
Di malam hari, kami pun menghabiskan waktu di dalam homestay sambil bermain dengan mas Ista (anak pemilik homestay). Setelah itu, kami pun tidur dengan udara yang sangat dingin karena di luar sedang hujan. Malam hari di Dieng sungguh sangat dingin dan cuacanya sekitar 15-16 deracat celcius.
Tak terasa pagi azan subuh berkumandang sekitar jam 4.30 WIB, namun cuaca di luar masih sangat gelap. Kami hanya melanjutkan kegiatan di ruangan sehingga akhirnya tak terasa pagi sudah mulai menyinari. Kami pun memutuskan untuk menikmati pagi ke daerah jalanan.
Di pagi hari, sepanjang jalanan kami bisa menikmati pemandangan yang indah Gunung Sindoro dan perkebunan warga. Sambil jalan, kami terus melanjutkan perjalanan ke arah titik Nol Dieng dan menikmati sinar pagi. Kami menikmati pagi ini indah secara gratis dan udara yang segar.
Setelah itu, kami pun akhirnya memutuskan sarapan di sekitar basecamp gunung prau karena memang sangat sulit mencari sarapan di sekitar sini. Setelah itu, kami pun melanjutkan perjalanan ke homestay untuk siap-siap dan berangkat menuju destinasi selanjutnya yaitu Telaga Menjer.
Daftar Isi
Perjalanan Menuju Telaga Menjer Sekitar 45 Menit Dengan Pemandangan yang Menakjubkan
Dari Homestay, kami pun melaju dengan kecepatan yang sedang menuju arah pasar Jatijajar, setelah itu tak jauh dari sana, kamu langsung belok kanan dengan tulisan Telaga Menjer. Jalanan awalnya sangat bagus dan berbelok, namun perlahan jalanan sedikit demi sedikit mulai ada yang rusak dengan turunan yang semakin tajam.
Kami hanya mengikuti jalanan terus sampai akhirnya kawasan Telaga Menjer. Oh iya, Telaga Menjer memiliki 3 pintu masuk dan jadi kamu harus hati-hati memilih pintu masuknya sendiri. Kami menggunakan pintu masuk ketiga karena memang tujuan kami awalnya untuk menikmati camilan di Cabin Cafe In the wood.
Setelah membayar pakir sebesar 5 ribu rupiah, kami pun langsung menuju tiket masuk dengan harga masuk sebesar 5 irbu rupiah untuk 2 orang karena anak-anak ternyata gratis. Setelah itu, kami pun melanjutkan perjalanan dengan menuruni anak tangga dan ditemani dengan pepohonan hutan pinus.
Santap Camilan di Cabin Cafe In the wood
Langkah kami terus melangkah dan beberapa ibu dan bapak pun menawarkan jasa untuk menaiki perahu, namun kami memilih untuk makan camilan dulu karena memang sarapan tadi sangat sedikit. Memasuki Cabin Cafe In the Wood di mulai dari tangga dan langsung disambut dengan beberapa kursi dan meja yang sangat indah.
Setelah itu, kami pun langsung memesan makanan dan minuman untuk disanpat pagi ini. Makanan dan minuman ini disini sangat enak dan nikmat apalagi suasana coffe shopnya langsung mengarah ke Telaga Menjer.
Cabin Cafe In The Wood terdiri dari 3 bagian dan 2 lantai. Lantai pertama merupakan tempat makan yang terdiri dari 5 pasang meja kayu yang tertata apik. Setelah itu, sebuah ruangan untuk memesan makanan dan minuman serta memasak. Di depannya ada juga 2 buah kursi yang bisa menikmati telaga yang indah.
Selanjutnya, di lantai 2 ada beberapa meja kayu yang tertatap rapi dan sebuah gazebo yang bisa untuk makan dengan jumlah orang yang cukup banyak. Selain itu, ada juga tempat makan dalam ruangan dengan jendela.
Menikmati Telaga Menjer Dengan Perahu, Dari Cerah Sampai Hujan
Setelah selesai makan dan menikmati semua keindahan Telaga Menjer dari cafe tersebut. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju perahu yang sudah tersedia. Kami pun bergabung dengan pengunjung yang lainnya yang sudah ada 4 orang. Karena kekurangan orang, masnya menawarkan 1 perahu sebesar 150 ribu yang akan dibagi berenam.
Kami pun akhirnya mengelilingi telaga menjer dengan perahu dari yang cerah sampai dengan turun hujan. Sebagai informasi, dilansir dari Wikipedia, Telaga Menjer adalah sebuah telaga yang terletak di Maron, Garung, Wonosobo, Jawa Tengah. Telaga ini berjarak sekitar 2 kilometer dari ibu kota Kecamatan Garung.
Dinamakan Telaga Menjer, karena telaga ini dulu terletak di Desa Menjer, tetapi desa tersebut kemudian dimekarkan, sehingga telaga ini kini masuk ke dalam Desa Maron. Air yang tertampung di telaga ini kini dimanfaatkan untuk membangikitkan listrik melalui PLTA Garung.
Setelah puas dengan telaga Menjer dan hujan sudah mulai reda, kami pun langsung menuju ke parkiran. Tapi sayangnya, sebelum sampai, hujan kembali turun dan membuat kami terpaksa harus berdetuh dulu. Kami pun berteduh sambil makan mie ayam bakso sambil menunggu hujan reda.
Tapi sayangnya, sudah hampir 2 jam hujan belum reda juga. Kami pun terpaksa pulang dengan guyuran sedikit gerimis sepanjang jalan. Kami pun menikmati air hujan yang membasahi tubuh sekitar 1 jam. Beruntungnya jalanan sangat sepi.
Biaya-Biaya Menuju Telaga Menjer
- Parki di Telaga Menjer Rp. 5 ribu per motor
- Tiket masuk Telaga Menjer Rp. 5 ribu per orang ( 2 orang Rp. 10 ribu)
- Makan dan minuman di Cabin Cafe In The Wood Rp. 84.000
- Mie Ayam Bakso 3 porsi dan teh hangat Rp. 50.000
- Toilet Rp. 2 ribu setiap masuk jadi total Rp. 10.000