Sudah ku katakan di awal untuk tidak bermain-main perihal rasa. Untuk tidak memaksakan jika memang tak ada rasa. Untuk apa dipaksa jika pada akhirnya hanya akan menciptakan luka?
Sebab perihal rasa tidak bisa dibawa bercanda. Dan kini aku menyadari bahwa aku mencintaimu sepenuh hati, sementara kamu mencintaiku setengah hati. Hal yang sebenarnya tak ingin aku ketahui. Tapi kini aku harus menyadari bahwa kenyataannya kamu memang tak pernah seutuhnya memiliki rasa.
Seharusnya dari awal aku bisa mengerti. Dan seharusnya juga dari awal aku tidak terlalu mempercayai. Mempercayai bahwa kamu sepenuhnya ingin memberi hati. Dan nyatanya kamu hanya menjalankan hubungan ini dengan setengah hati. Akhirnya aku juga lah yang merasa sakit hati sebab kamu yang tak pernah ingin sepenuhnya bersama.
Kenapa semuanya harus kamu paksakan? Kenapa semuanya harus kamu lakukan? Jika memang kamu tak pernah memiliki rasa dan ingin bersama, lebih baik dari awal kamu katakan.
Bukan hanya diam, dan menjalankan semua dengan keterpaksaan. Itu malah akan menyakitkan bagi aku yang merasakan. Merasakan bahwa kamu nyatanya tak serius untuk membangun hubungan.
Aku begitu kecewa saat tahu kamu ternyata berdusta perihal rasa
Saat aku tahu bahwa kamu ternyata tak sepenuh hati mencintaiku, aku benar-benar kecewa dan terluka. Jika dari awal kamu katakan, mungkin rasa sakitnya tidak akan sesakit ini.
Dan mungkin aku pun juga tidak terlalu dalam menjatuhkan hatiku kepadamu. Tapi semua sudah terlambat dan sudah terjadi. Kita menjalin hubungan tanpa benar-benar sepenuh hati. Sebab hatimu hanya separuh dalam mencintai.
Mungkin aku pun salah. Sebab aku yang terlalu berharap lebih kepadamu. Sebab aku terlalu berlebihan dalam mencintaimu. Dan mungkin itu lah yang membuatmu tak tega untuk pergi meninggalkanku.
Akhirnya kamu memilih menetap meskipun hatimu sebenarnya tak sepenuhnya mantap. Dan kini seakan kamu merasa tersiksa oleh keterpaksaan rasa yang kamu hadirkan untukku.
Meskipun begitu, aku cukup salut terhadapmu yang mencoba untuk bertahan meskipun pada akhirnya kamu memilih untuk mengatakan
Aku salut kepadamu yang sudah mencoba bertahan dalam hubungan ini meskipun kamu tak bisa mencintaiku sepenuhnya. Aku sempat berpikir dan egois karena merasa hanya aku saja yang terluka.
Tapi nyatanya kamu pun juga cukup terluka akibat rasa yang kamu paksakan. Kamu tak pernah sepenuh hati, tapi kamu berusaha untuk terlihat sepenuh hati dalam mencintai. Dan akhirnya kamu menyadari bahwa ini lebih baik untuk disudahi.
Kini aku pun harus bisa menerima dan merelakan semuanya. Aku harus menerima bahwa kamu memang tak ditakdirkan untukku. Aku tahu ini berat untukku. Sebab hatiku sudah terlanjur dalam jatuh kepadamu. Tapi perlahan aku akan coba untuk mengikhlaskanmu dan bangkit dari semua luka serta kecewa yang sudah terlanjur aku rasakan.
Untukmu, carilah seseorang yang bisa kamu berikan hatimu seutuhnya. Jangan lagi kamu ulangi kesalahan dalam menjalin hubungan yang setengah hati. Agar kamu pun tidak terluka. Dan agar ia yang kamu paksakan rasa itu kepadanya pun tidak merasakan luka juga. Sebab segala sesuatu yang dipaksa juga tak akan menjadi baik pada akhirnya.