Banyak orang tua merasa anaknya sudah mampu, karena anaknya sudah bisa calistung. Tapi ternyata tidak hanya calistung saja loh, yang harus diperhatikan. Anak usia 4 – 6 tahun masih dalam tahap perkembangan sensori dan motorik, di mana membutuhkan banyak bergerak untuk stimulasi perkembangannya. Sedangkan anak usia SD diharapkan sudah bisa duduk lama dalam ruangan yang terbatas.
Apa yang terjadi jika dipaksakan lebih cepat? Anak yang harusnya masih bermain dan bergerak terpaksa harus duduk diam dalam jangka waktu lama. Karena pondasi awalnya belum kuat, tapi sudah dipaksakan untuk naik ke tahap berikutnya, yang biasanya akan menimbulkan masalah di kemudian hari.
Memasuki usia 6 – 7 tahun biasanya core muscle anak sudah lebih kuat, jadi bisa tahan lebih lama untuk duduk lebih lama. Motorik halusnya pun sudah lebih baik, sudah bisa memegang pensil sendiri tanpa bantuan. Konsentrasi anak pun sudah semakin baik. Apabila anak mendengarkan sesuatu, dia sudah bisa memiliah mana suara utama yang harus didengar, mana suara latar yang harus diabaikan.
Di usia 6 – 7 tahun, menurut teori perkembangan, anak sudah mulai bisa berpikir secara kongkrit. Sudah bisa paham intruksi dan mengerjakan soal yang diberi. di usia ini, penting sekali bagi anak untuk merasa mampu melakukan sesuatu. Apabila dia merasa tidak mampu atau banyak menerima bantuan orang sekitarnya, anak bisa jadi merasa dirinya tidak kompeten.
Emosi dan kemandirian anak pada usia 6 – 7 tahun, juga sudah mulai matang. Sudah berani ke toilet sendiri, sudah bisa makan sendiri, tidak perlu ditemani orang tua untuk masuk ke kelas.
Memang perkembangan setiap anak berbeda. Bagaimana sekolah menangani anak juga berbeda-beda. Yuk, mulai mencoba untuk mengenali kebutuhan anak terlebih dahulu, baru kita sebagai orang tua mengambil keputusan.