Cerita Pendakian Gunung Prau Via Dieng di Malam Hari

Pendakian Gunung Prau Via Patak Banteng
Pendakian Gunung Prau Via Patak Banteng

Sudah lama rasanya ingin mendaki gunung prau via patak banteng. Untuk melatih kembali tubuh ini sebelum melakukan pendakian gunung yang lebih tinggi lagi. Akhirnya Pendakian Gunung Prau Via Dieng pun sukses dilakukan dengan berbagai pengalaman. Lantas bagaimana kisah saya mendaki gunung prau ini?

Perjalanan di Mulai dari Jakarta Semarang

Saya berangkat dari Jakarta menuju Semarang sekitar jam 9 pagi pada hari Jumat (19 Juli 2024). Saya menggunakan bus sleeper dengan ongkos 285 ribu dan sudah banyak fasilitas yang di dapatkan. Mulai dari snack hingga makan siang.

Perjalanan yang panjang dan tak melelahkan, akhirnya saya sampai di terminal mangkang kurang lebih jam 3. Setelah itu, saya pun langsung menanyakan tentang bagaimana cara menuju semarang dari terminal tersebut ke warga sekitar terminal.

Saya pun disarankan untuk menggunakan trans semarang. Lalu pergi ke luar terminal dan menemukan loketnya. Setelah membayar 4 ribu rupiah, saya pun turun di rumah sakit dan makan siang di mas budi. Setelah selesai itu, teman saya zifta datang dan kami langsung pulang ke rumahnya di perbatasan Semarang dengan Blora.

Setelah mengorbol lama, kami pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Gunung Andong dari Jam 3 pagi. Untuk perjalanan tektok ke gunung andong, kamu bisa membaca artikel saya di Cerita Perjalanan Tek Tok Gunung Andong Via Gogik, Jalurnya Sepi Tak Ada Orang.

Cerita Pendakian Gunung Prau Via Dieng di Malam Hari

Cerita Pendakian Gunung Prau Via Patak Banteng di Malam Hari
Cerita Pendakian Gunung Prau Via Dieng di Malam Hari

Setelah perjalanan yang melelahkan dari Gunung Andong, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Dieng. Perjalanan panjang yang melelahkan kurang lebih 3 jam. Karena kelelalahan, kami juga istirahat di masjid dan kemudian melanjutkan perjalanan kembali.

Read More :  Keindahan Talaga Bodas Garut, Serasa Tinggal di Jaman Purba Gak Ada Sinyal

Kami pun sampai di basecamp gunung prau via batak banteng sekitar jam 5.20 an. Setelah itu, kami pun mendaftark diri di basecamp dan menyewa tenda untuk keperluan camping. Setelah magrib, kami pun memulai perjalanan ini.

Kami kira bakalan ada orang yang mendaki malam ini juga, karena sebelumnya, kami melihat ada beberapa orang di basecamp yang akan berangkat juga. Selain itu, sebelum kami berangkat, ada sekelompok pendaki yang sudah mendaki sebelum magrib.

Saya dan Zifta pun berjalan perlahan, mulai dari jalur yang sangat landai dan sedikit menanjak melewati perkebunan warga. Sehingga akhirnya masuk di kawasan pendakian yang sebenarnya. Setelah berjalan kurang lebih 30 menit kami pun sampai di pos 1.

Kami beristirahat sejenak di pos 1, dan setelah itu melanjutkan perjalanan menuju pos 2. Dari pos 1 menuju pos 2 juga masih sangat mudah di lalui dan tidak terlalu panjang. Selama perjalanan menuju pos 2, kami juga sempat istirahat sambil menunggu pendaki lainnya.

Tapi sayangnya, seberapa lama pun kami menunggu tak ada orang yang datang sama sekali. Malam semakin larut, tak disangkat jam menunjukkan sudah di atas jam 7.30 an dan kami masih berada di pos 2. Kami pun akhirnya melanjutkan perjalan menuju pos 3.

Perjalanan ke pos 3 adalah perjalanan yang panjang dan melelahkan. Tak ada bonus perjalananan, semuanya menanjak. Beruntungnya, bulan malam ini sangat terang dan cahaya menembus hutan yang kami lalui. Beberapa kali kami juga istirahat sehingga akhirnya sampai di pos 3.

Awalnya, kami mencoba ingin mendirikan tenda di berbagai tempat menuju pos 3, namun kami pun mengingat pesan dari basecamp bahwa tidak boleh mendirikan tenda selama di jalur pendakian sehingga puncak. Kami pun merasa mungkin ada alasan kenapa larangan tersebut dibuat, yang pasti semua demi kebaikan para pendaki.

Read More :  Menikmati Desa Panglipuran Bali dan Pusat Oleh-Oleh Krisna Desa Wisata Blangsinga

Setelah dari puncak, jalanan pun mulai bersahabat dan menurun sehingga bertemu dengan sebuhah dataran yang luas dan panjang. Sepanjang kami berjalan di terangi dengan cahaya bulan, tak ada orang yang terlihat dan hanya angin yang berhembus yang semakin dingin.

Kami berjalan terus menerus sehingga rasa lelah yang sudah mulai memuncak, mencari tempat camping namun tak ada orang lain. Kami pun tetap berjalan sehingga akhirnya bertemu dengan sebuah tenda di bawah pohon.

Kami pun akhirnya mendirikan tenda di bawah pohon tersebut dan mendirikan tenda di malam, kurang lebih jam 10 malam. Setelah mendirikan tenda, kami pun istirahat dan tidur.

Menantikan Sunrise di Sunrise Camping, Berharap Ada Lautan Awan yang Sangat Indah

Sunrise gunung prau
Sunrise gunung prau

Tak terasa, pagi pun mulai datang. Suara langkah pendaki yang sahut menyahut membuat kami bangun. Dan tak terasa, ternyata sudah jam 4.30 pagi. Kami pun langsung makan buah-buahan yang kami bawah dan setelah itu, kami pun melanjutkan perjalanan menuju sunrise camping.

Untuk menuju sunrise camp, dibutuhkan waktu kurang lebih 20 menit dengan track yang datar dan mudah dilalui. Namun ada juga sedikit tantangan untuk menuju sunrise camp yaitu jalanan yang menanjak sedikit.

Kami pun mencari spot untuk menunggu matahari terbit dengan lautan awannya. Setelah beberapa menit, suara riuh para pendaki pun saling sahut menyahut dan menikmati keindahan gunung prau dengan golden sunrisenya yang sangat terkenal.Kami cukup lama untuk menikmati sunrise disini sehingga akhirnya bosan dan memilih kembali ke tenda untuk siap-siap pulang. Namun sebelum pulang, kami juga memasak mie instan yang kami bawa.

Untuk perjalanan pulang, kami akhirnya bisa melihat jalur yang kami lalui malam itu. Bagi kamu yang penasaran dengan suasana gunung prau via batak banteng. Kamu bisa langsung menonton video perjalanan dari olret.id berikut ini.

Response (1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *