Perjalanan Babah Alun ke Samarinda, Meninjau Eks Pabrik Kayu Lapis yang Ditutup Paksa

Screenshot 20241031 215906 Instagram
sumber: instagram.com/jusufhamka

Orlet – Babah Alun atau Jusuf Hamka dikenal sebagai pengusaha sukses namun kehidupannya sederhana dan dermawan. Beliau sering terlihat melakukan berbagai kegiatan amal. Salah satunya adalah mendirikan Warung Nasi Kuning Pojok Halal yang awalnya ditujukan untuk kaum dhuafa namun kini semua orang bisa menikmatinya.

Bukan cuma itu saja, Babah Alun juga pernah mendirikan masjid. Baru-baru ini, pria kelahiran 5 Desember 1957 itu membagikan kisah menarik dalam akun instagramnya tentang perjalanannya ke Samarinda melalui sebuah video.

“Nonis bangun masjid. 14/10/2024 saya bersama putra saya @feisalhamka meninjau ex Pabrik Kayu Lapis milik babah di bukuan Samarinda,” tulis suami Lena Burhanudin tersebut dalam kolom caption.

Jusuf Hamka bersama sang putra juga meninjau masjid dan TPA Al Magfirah yang beliau bangun pada tahun 1980 sebelum Babah Alun memeluk agama islam. Diketahui Babah baru masuk islam tahun 1981.

Masjid tersebut cukup besar. Kemungkinan luasnya mencapai 300 meter yang terletak di Bukuan, Palaran, Samarinda, Kalimantan Timur. Terdapat pula bangunan mess karyawan.

“Kami meninjau pabrik yang pernah mempekerjakan 11.000 karyawan. Namun pabrik tersebut ditutup paksa oleh Menteri Djamaludin Suryohadikusumo, karena saya menolak permintaan yang bersangkutan,” kenang Babah Alun.

Menteri tersebut rupanya meminta Jusuf Hamka menyerahkan sebagian sahamnya kepada konglomerat yang mendapat julukan si Raja Hutan. Karena perlawanan Babah Alun, maka diterbitkan selembar surat penghentian pelayanan administrasi atau ditutup paksa. Akibatnya ribuan pekerja kehilangan sumber mata pencahariannya kala itu.

“Tempat usaha saya pertama kali, PT. Daya Besar Agung Corp, dan di sini, hari ini 14 Oktober 2024 saya kembali setelah 40 tahun saya tinggalkan. InshaAllah kita bikin lapangan kerja kembali di sini,” ujar Babah Alun.

Read More :  Adiba Khanza dan Egy Maulana Vikri Bahagia Rayakan Anniversary Pertama

Penampakan pabrik yang dibangun ayah Fitria Yusuf tahun 1980 dengan luas 40 hektar itu sekarang materialnya terlihat rusak dan akan dijual jadi besi tua. Babah dan Feisal melanjutkan berkeliling di area pabrik yang menjadi saksi perjuangan seorang Jusuf Hamka.

Menurut Babah Alun, penutupan paksa terhadap pabriknya yang bergerak di bidang pembuatan triplek merupakan cara sang Menteri dan si Raja Hutan yang ingin memiskinkan beliau.

“Namun Allah berkehendak lain, dan kun fayakun, Allah malah memberkati Babah dengan rezeki lain yang berlimpah, diantara rezeki berupa materi, ada yang Allah tambahkan yaitu rezeki yang tidak bisa dicari, namun bisa diberikan hanya dari sang khalik. Namanya rezeki tersebut adalah kehormatan dan kasih sayang,” ungkap Babah.

Sungguh perjalanan yang penuh makna. Babah Alun bahkan mengabadikan nama sang ibunda untuk nama kapal yang dimiliki meski kini terlihat kondisinya telah usang.

“Anak yang berbakti kepada orang tua tidak pernah melupakan asal-usulnya termasuk ibu bapaknya siapa,” kata Babah.

Babah Alun melanjutkan bahwa meskipun orang tua miskin harus tetap diabadikan. Beliau berkisah almarhum bapak ibunya adalah orang yang luar biasa. Mereka mendidik Babah Alun dengan sangat keras dan disiplin tapi dengan penuh cinta kasih serta toleransi. Beliau juga berpesan jika menjadi orang kaya harus bekerja dengan benar, harus amanah, kerja keras dan rajin.

Babah Alun nampak akrab berfoto bersama beberapa mantan karyawan dan karyawatinya. Beliau memohon doa supaya bisa kembali membuat lapangan pekerjaan untuk orang banyak khususnya di tanah leluhurnya di Kutai, Kalimantan Timur.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *