Secinta apapun kamu kepada dia yang kamu anggap baik, sudah sesuai dengan yang kamu harapkan, tetap ingtkan dirimu untuk jangan terlalu berharap banyak kepadanya.
Dan ingat, pilih pula yang sama-sama ingin berjuang denganmu, karena sungguh berjuang sendirian itu tidak ada enak-enaknya. Lantas jangan hanya asal cinta, jangan hanya asal sayang, tapi lihatlah bagaimana kemmapuannya dalam mempertahankan hubungan.
Kamu harus mampu memilih yang mau bersamamu, bukan hanya kamu yang ingin bersamanya, agar kamu tidak makan hati terus.
Daftar Isi
- 1 Jangan Sampai Kamu Ingin Berjuang, Tapi Dianya Selalu Ogah-ogahan Begitu Saja
- 2 Kamu Harus Mampu Memilah Rasa yang Bergemuruh Dalam Hatimu, Jangan Terpedaya Lalu Kamu Tidak Berpikir Realistis.
- 3 Aku Pernah Berjuang, Namun Pada Akhirnya Aku lah yang Dibuang
- 4 Menyakitkan memang saat aku tahu engkau lebih memilih dia.
- 5 Jika kelak nanti engkau menyadari bahwa nyatanya aku lah yang paling tulus kepadamu, mungkin kau tak akan lagi mendapatiku seperti dulu
- 6 Bahwa kau sudah menyia-nyiakan aku yang pernah tulus kepadamu.
Jangan Sampai Kamu Ingin Berjuang, Tapi Dianya Selalu Ogah-ogahan Begitu Saja
Jangan sampai kamu yang ingin berjuang, ingin mengusahakan semuanya selalu tetap baik-baik saja, tapi dianya selalu saja ogah-ogahan begitu saja.
Jangan sampai kamu hanya cinta saja, jangan sampai kamu hanya sayang saja, dan buta dengan apa yang sebenarnya kamu butuhkan. Karena tidak sedikit orang-orang yang kadung cinta dan sayangnya, pada akhirnya dia tidka bisa berpikir realistis dengan cinta yang ada dalam hidupnya.
Kamu itu cinta boleh, iya bahkan sangat cinta boleh, karena mungkin kamu perhitungan yang baik padanya, tapi sampai kapanpun logikamu dalam mencintai harus pula jalan.
Kamu Harus Mampu Memilah Rasa yang Bergemuruh Dalam Hatimu, Jangan Terpedaya Lalu Kamu Tidak Berpikir Realistis.
Kamu itu harus mampu memilih rasa yang bergemuruh dalam hatimu, kamu harus mampu menguasai dirimu tetap waras soal cinta, jangan pernah terpedaya lalu kamu tidak bisa berpikir realistis. ****
Aku Pernah Berjuang, Namun Pada Akhirnya Aku lah yang Dibuang
Ternyata benar bahwa berjuang sendirian itu tidaklah mudah. Dan harusnya di awal aku sadar, bahwa berjuang sendiri tak selalu berakhir dengan indah. Jika saja di awal aku tak sekeras ini untuk mendekatimu, mungkin aku juga tak akan merasakan sesakit ini. Salahku yang terlalu berharap dan menaruh yakin bahwa kau akan jatuh hati padaku. Semua keyakinanku nyatanya salah. Aku tak bisa memiliki hatimu. Hatimu begitu keras untuk aku taklukkan.
Menyakitkan memang saat aku tahu engkau lebih memilih dia.
Dia yang sama sekali tak pernah tampak berjuang untuk mendapatkanmu, namun dengan mudahnya memiliki hatimu. Sementara aku? Aku yang pernah berjuang cukup keras, namun pada akhirnya aku lah yang terbuang. Nyatanya kau lebih memilih dia dibanding aku. Aku yang begitu tulus mencintaimu tak sedikit pun engkau menaruh peduli.
Mungkin benar kata orang, bahwa aku yang terlalu bodoh memperjuangkanmu. Bahwa aku terlalu bodoh untuk mempertahankan dan mengejar-ngejar dirimu.
Sementara kamu masa bodoh dengan apa yang aku lakukan. Sementara kamu tak ingin menaruh peduli. Dan sementara kamu pun tak sadar bahwa aku ini benar-benar tulus untukmu. Ya, bagaimana engkau akan sadar. Untuk menaruh peduli saja engkau enggan.
Kau pikir aku akan menyesali apa yang sudah aku lakukan? Tentu tidak. Sebab cintaku padamu begitu tulus. Aku hanya menyayangkan kenapa sedari awal aku tidak sadar diri dan membuka mata. Bahwa kau tak pernah suka terhadapku. Apa lagi mencintaiku. Dan kini, aku lah yang merasakan kesakitan itu akibat perjuangan dan kebodohanku itu.
Jika kelak nanti engkau menyadari bahwa nyatanya aku lah yang paling tulus kepadamu, mungkin kau tak akan lagi mendapatiku seperti dulu
Mungkin saat ini engkau memang belum menyadari. Atau engkau memang benar-benar tak ingin menaruh peduli. Namun nanti, saat engkau sudah menyadari bahwa begitu tulusnya aku kepadamu, mungkin aku yang sekarang ini tak akan lagi engkau dapati. Mungkin nanti rasaku terhadapmu tak akan sedalam ini. Atau mungkin nanti, rasaku terhadapmu sudah mati. Sebab kesakitan yang pernah aku rasakan akibat dibuang dan dicampakkan.
Aku bukannya dendam terhadapmu dan semua perlakuanmu itu. Aku hanya belajar untuk lebih bisa membuka mata lagi. Ku hanya tak ingin dibutakan lagi oleh yang namanya cinta. Aku hanya menyadari saja, bahwa kau mencariku disaat kau mulai merasa tak seorang pun yang benar-benar tulus padamu.
Bahwa kau sudah menyia-nyiakan aku yang pernah tulus kepadamu.
Sementara dulu, engkau dengan mudahnya tak menghiraukanku. Dan nanti disaat engkau kembali dan menyadari, semuanya percuma. Kau sudah terlambat. Sebab aku jamin, rasaku terhadapmu tak lagi sama.
Jika nanti kau benar-benar sadar, semoga kau tak megulangi kesalahan itu kembali. Semoga engkau bisa lebih menghargai dan memahami siapa yang benar-benar tulus padamu, dan siapa yang hanya main-main kepadamu. Agar rasa penyesalanmu itu tak terjadi lagi dan terulang kembali.