Sejak Menjadi Seorang Ibu, Hobinya Marah-marah Terus. Ada Apa dengan Moms?

Menjadi seorang Ibu
Menjadi seorang Ibu

Moms, pernahkah merasakan semenjak menjadi ibu, rasanya jadi gampang marah dan kadang tidak bisa mengontrol emosi? Apa yang sebenarnya terjadi pada diri Moms?

Rasa marah biasanya bukan perasaan utama, melainkan puncak emosi-emosi yang ada. Akar ‘marah’ biasanya datang dari berbagai perasaan negatif dan perasaan terluka. Keluarnya rasa marah, akarnya bisa jadi banyak faktor seperti; perasaan-perasaan terluka, merasa tidak dihargai, merasa tidak penting, merasa bersalah, merasa tidak layak, merasa ditolak, merasa tidak berdaya, merasa tidak dicintai dan lain sebagainya.

Nah, mulai kebayang, kan? kenapa setelah menjadi ibu rasanya lebih mudah marah? Karena setelah menjadi ibu, perasaannya sering terluka. Seorang ibu memberikan segala-galanya dari dirinya untuk anak dan suami, namun mereka tidak selalu menerimanya dengan syukur, dan tidak selalu memberikan segala-galanya juga dari diri mereka kepada ibu.

Setiap penolakan jadi terasa melukai. Padahal, mungkin anak menolak mandi karena asik bermain. Namun, ibu merasa anak menolak untuk membuat ibunya kesal. Bisa jadi, suami menolak mendengarkan cerita ibu karena sedang capek, namun ibu merasa tidak dicintai.

Karena sadar atau tidak, dengan semakin banyak memberi, ibu jadi berharap mereka akan memberi sebanyak itu kembali kepada ibu. Namun kenyataannya tidak selalu demikian. Jadinya, banyak perasaaan terluka yang terjadi dan terpendam setiap hari.

Selain itu, ibu-ibu juga cenderung merasa tanggung jawab atas masa depan dan masa kini anak-anaknya adalah beban miliknya seorang. Beban tanggung jawab yang rasanya sukar dibagi kepada orang lain. Salah-salah hari ini, bisa berimbas ke masa depan anak.

Rasa takut salah, khawatir, cemas dan overthinking jadi sering menyapa ibu-ibu setiap harinya. Belum lagi judgement, komentar, dan nyinyiran dari orang-orang. Tiap langkah ibu rasanya seperti dievaluasi dan bisa jadi bahan omongan orang. Kebayang, kan? sudah banyak perasaan terluka yang menumpuk, memikul kekhawatiran masa depan anak-anak, eh.. masih kena judgement.

Pantas saja jadi gampang marah, kesalahan kecil bisa jadi pemicu ledakan amarah dari berbagai perasaan negatif yang terpendam. Kesalahan kecil ibarat seperti senggolan halus ke bisul yang sudah bengkak dan membesar, kemudian menjadi pecah.

Read More :  Cara Membuat Kompromi yang Sehat dalam Hubungan Tanpa Merasa Terpaksa

Lalu, seorang ibu harus bagaimana?

Maafkan dirimu, Moms. Maafkan kemarahan-kemarahanmu yang lalu, peluk dirimu. Kamu hanya manusia biasa yang bisa tenggelam dalam perasaanmu. Sangat normal. Kamu tetap ibu yang baik, karena kamu tetap berusaha menjadi lebih baik demi anak-anakmu. Maafkan dirimu dahulu, dan berikan sedikit cintamu kepada dirimu sendiri.

Setelah itu, cobalah keluarkan pendaman perasaan-perasaan negatif yang ada. Cara mengeluarkan yang nyaman untuk tiap orang berbeda. Ada yang nyaman dengan meditasi, menulis, menggambar, atau bercerita. Namun, untuk bercerita pastikan ibu mencurahkan isi hati kepada orang yang tepat. Pastinya memfilter siapa saja yang layak dan ibu percaya untuk menjadi pendengar yang baik. Jangan sungkan untuk berkonsultasi ke tenaga profesional mental health, jika diperlukan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *