Beban Emosi, Healing, dan Strategi Bahagia Menurut Coach Reo: Membongkar Trauma dengan Zero Affective Coding

Egois dan Emosi
Egois dan Emosi

Podcast Suara Berkelas kembali menghadirkan wawasan mendalam, kali ini bersama Coach Reo, yang dikenal sebagai Luck and Happiness Expert atau Coco Healing. Dalam episode ini, Coach Reo membahas akar permasalahan emosi, rahasia di balik depresi, hingga cara efektif untuk benar-benar mencapai kebahagiaan sejati.

Berikut adalah tiga kunci utama yang diungkap Coach Reo untuk mengatasi beban mental dan menemukan kembali kebahagiaan:

1. Menyadari Konflik Bawah Sadar: Mengapa Doa Kita Sering Gagal?

Doa Ujian
Doa Ujian

Coach Reo memperkenalkan sebuah konsep revolusioner dalam dunia self-improvement: Zero Affective Coding (ZAC). Ini adalah metode untuk menetralkan beban emosi (afektif) di tingkat fisiologi (tubuh), melengkapi pendekatan psikologis dan biologis konvensional.

Inti dari ZAC adalah mengatasi konflik internal yang tidak disadari. Seringkali, seseorang berdoa meminta kenaikan karier atau penghasilan, namun di dalam hatinya terselip negative self-talk seperti, “Ah, susah ya. Kayaknya berat deh.”

“Pikiran sadar kita ingin sukses, tapi hati kita yang dihuni konflik malah membatalkan doa itu,” jelas Coach Reo.

Ini juga berlaku untuk trauma. Coach Reo menemukan adanya Benih Emosi (Seats of Emotion) yang menjadi pemicu beban emosi. Benih ini seringkali tidak logis. Sebagai contoh, sebuah trauma berat bisa saja berakar dari memori kecil yang tidak relevan, seperti kenangan naik sepeda turun bukit. Dengan menetralkan benih emosi yang ‘menyimpan’ energi negatif tersebut, beban emosi bisa hilang seketika, memungkinkan individu bergerak maju tanpa halangan masa lalu.

2. Lima Bahasa Kasih dan People-Pleasing Adalah Indikator Trauma

Dua Raga Yang Berdoa
Dua Raga Yang Berdoa

Bagi mereka yang terjebak dalam lingkaran tidak enakan atau people-pleasing, Coach Reo memberikan perspektif baru. Sifat ini sering berakar dari ketakutan akan ditinggalkan. Untuk memastikan orang lain tetap berada di sisi mereka, mereka secara kompulsif mengatakan “Ya” kepada semua permintaan dan “Tidak” pada kebutuhan diri sendiri.

Lebih mengejutkan lagi, Coach Reo memandang lima bahasa kasih (seperti butuh perhatian, kata-kata penegasan, atau hadiah) bukan sekadar kebutuhan, melainkan sebagai indikator trauma bawah sadar.

“Tubuh kita craving (haus) akan hal itu karena ada kekosongan. Sebanyak apa pun dipenuhi, dia tidak akan pernah penuh, karena dia adalah celah trauma yang minta diisi terus-menerus,” ungkapnya.

Solusinya bukan dengan mencari validasi, melainkan dengan membereskan rasa takut akan kesendirian. Begitu rasa takut ini hilang, seseorang akan mencapai titik netral, mampu berkata “Tidak” tanpa rasa bersalah, dan bisa menikmati interaksi sosial maupun kesendirian (ambivert).

3. Strategi Complete Surrender untuk Fisiosomatik dan Stres

Berjuang dan Berdoa
Berjuang dan Berdoa

Merespons banyaknya kasus psikosomatik, Coach Reo lebih memilih istilah fisiosomatik, yang merujuk pada gangguan fungsi fisiologi yang disebabkan oleh beban emosi.

Contoh paling umum adalah penyakit asam lambung. Menurutnya, masalah ini sering dipicu oleh lingkaran setan perlawanan:

  1. Rasa sakit (misalnya mulas) muncul.
  2. Seseorang melawan rasa sakit dan cemas (“Aduh, enggak boleh sakit! Aku harus sembuh!”).
  3. Perlawanan ini menimbulkan stres dan melepaskan hormon kortisol (sifatnya asam).
  4. Kortisol menaikkan asam lambung, memperparah rasa sakit, dan memicu perlawanan lebih lanjut.

Obatnya adalah Complete Surrender (Berserah Penuh). Ketika seseorang benar-benar menyerah, tidak lagi melawan rasa sakit, tubuh berhenti memproduksi kortisol. Sebagai gantinya, tubuh akan melepaskan hormon basa (serotonin dan endorfin) yang menetralkan asam lambung, memungkinkan tubuh kembali normal.

Penting: Kebahagiaan sejati bukan tentang berpikir positif, tetapi tentang merasa positif.

Penyesalan Dibuang, Pembelajaran Diambil

Terakhir, Coach Reo berpesan bahwa penyesalan itu hanya ada agar kita tidak mengulangi kesalahan. Jika kita sudah berkomitmen untuk belajar dan tidak mengulangi, maka beban penyesalan harus dibuang secara efektif dari sistem tubuh.

Untuk hidup yang sukses dan bahagia, kita perlu menyeimbangkan keempat pilar kehidupan: Spiritual, Biologis, Psikologis, dan Fisiologis. Kesuksesan finansial dan karier tidak akan tercapai optimal jika satu pilar, terutama pilar afektif (emosi), masih menyimpan konflik dan beban yang tidak selesai.

Kamu juga bisa membaca artikel menarik lainnya seperti Rahasia Ketenangan: Mengapa Sebagian Orang Kaya Justru Memilih Hidup yang “Tidak Berisik”

Read More :  Stop Kerja Keras! Ini 5 Sumber Uang Baru yang Lahir dari Pola Pikir yang Tepat

Response (1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *