Ustaz Jojo Ali Yusuf, yang dijuluki “Ustadz Grind Boys,” adalah bukti nyata bahwa hidayah bisa datang kapan saja, bahkan di titik tergelap kehidupan.
Mantan bandar narkoba dan eks-pemain di dunia malam ini kini menjadi dai yang suaranya justru sangat didengar oleh generasi muda. Dalam perbincangannya di kanal YouTube Sandi Uno TV, Ustaz Jojo membagikan kisah hijrahnya yang dramatis, menemukan ketenangan sejati, dan merumuskan gaya dakwah yang asik, relevan, dan tidak menghakimi.
Cahaya di Balik Jeruji Besi

Ustaz Jojo, yang sebelumnya adalah non-muslim, sempat berada di fase skeptis terhadap agama. Ia meyakini bahwa segala capaian harus diusahakan dengan kekuatan diri sendiri. Namun, keyakinan itu runtuh saat ia divonis 5 tahun penjara atas kasus narkotika.
Titik baliknya bukan terjadi dalam kajian mewah, melainkan di balik jeruji Polsek. Ia menyaksikan narapidana lain—mulai dari maling kotak amal hingga bandar narkoba—melaksanakan salat.
“Saya ngelihatnya ini kayaknya belum pernah saya cobain nih di dunia ini. Damai banget ya. Saya salat, kok kayak hati saya tenang, beda sama yang dulu senang-senang juga di klub malam tapi pas pulang tuh kayak ngerasa sepi lagi, duit habis,” kenangnya.
Ketenangan dalam salat itu menjadi candu baru. Setelah menjalani proses mualaf di dalam penjara, ia merasakan seolah ada cahaya yang menyala di hatinya. Saat itulah ia bertekad: “Ya Allah, saya harus kasih tahu sama seluruh manusia di dunia ini bahwa kenal dengan Engkau, dekat dengan Engkau, itu membawa kebahagiaan.”
Gaya Dakwah Gen Z: “Muslim First” dengan Konsep “Jemput Bola”
Ustaz Jojo menyadari bahwa mayoritas anak muda yang masih berkutat dengan kehidupan kelam seringkali merasa canggung atau bahkan jijik dengan agama karena melihat praktik yang keras atau menghakimi.
Alih-alih menunggu, ia memilih pendekatan “Jemput Bola.”
“Kan enggak mungkin kita selalu ngarepin, ‘Ayo datang ke kajian sana!’… Kalau kita enggak datangin mereka, siapa Pak yang akan datangin mereka?”
Ia berinteraksi di lingkungan yang mungkin dianggap tabu oleh penceramah lain—duduk bersama orang yang minum alkohol, atau berbagi tawa dengan teman-teman yang masih nakal. Prinsipnya, ia tidak mau menghakimi.
Pendekatannya adalah menyajikan ibadah dan ketaatan sebagai sesuatu yang menyenangkan, santai, dan rileks—bukan sebagai beban besar. Bahkan, ia memberi contoh umrah bisa sambil membawa raket padel (olahraga populer) karena proses ibadah intinya hanya 3-4 jam, sisanya bisa diisi dengan kegiatan yang membuat hati gembira. Inilah semangat dari Muslim First: menjadi Muslim yang lebih baik dengan cara yang asik.
Pelajaran Utama: Doa Pengubah Takdir dan Pentingnya Lingkaran Kuat
Dalam sesi wawancara, Ustaz Jojo juga memberikan pelajaran berharga yang relevan dengan keresahan anak muda:
Kekuatan Doa Mengubah Takdir
Menjawab pertanyaan tentang fungsi doa jika takdir sudah ditentukan, ia menegaskan bahwa doa adalah satu-satunya yang bisa mengubah ketetapan. Ia mengisahkan cerita Nabi Musa, di mana Allah malu jika tidak mengabulkan doa seorang hamba yang terus-menerus merayu dan berprasangka baik pada-Nya.
Lingkaran Pertemanan (Circle) Penentu Istiqamah
Kunci untuk konsisten (istiqamah) adalah memilih sahabat yang kuat agamanya. Mengutip hadis, “Seseorang itu akan dekat dengan agama temannya,” ia menyarankan untuk bergaul dengan siapa saja, namun jadikan orang yang kuat agamanya sebagai sahabat terdekat yang bisa mengingatkan kita kembali kepada Allah saat diterpa masalah.
Kisah Ustaz Jojo Ali Yusuf adalah pengingat yang kuat bahwa tidak ada kata terlambat untuk kembali. Dari lembah gelap, ia menunjukkan bahwa ketenangan sejati tidak ditemukan di keramaian dunia, melainkan dalam kedekatan dengan Sang Pencipta.
Response (1)