Anda mungkin bertanya, apakah arti kebahagiaan yang sebenarnya? Apakah itu kekayaan yang melimpah, ketenaran, atau pasangan yang sempurna secara fisik?

Menurut Ustadz Khalid Basalamah, kebahagiaan sejati bukanlah perasaan lahiriah yang bisa didefinisikan dengan mudah. Dalam kajiannya, beliau menegaskan bahwa kebahagiaan adalah perasaan rida dan puas yang bersumber dari dalam hati dan hanya bisa dicapai melalui ketaatan total kepada Allah SWT.

Inilah kunci utama kebahagiaan yang sesungguhnya:

Inti Kebahagiaan dalam Pandangan Islam

Kebahagiaan sejati adalah perasaan yang dinikmati oleh orang-orang yang:

• Menjaga seluruh perkara wajib dan sunah dalam hidupnya.
• Selalu mengingat Allah (berzikir) dan berbakti (menjaga salat).
• Mengenal Tuhannya sehingga ia mudah bersyukur saat nikmat dan bersabar saat menghadapi cobaan.
• Hidup dalam Amal Saleh—dari salat, sedekah, membaca Al-Qur’an, hingga berbakti kepada orang tua

Puncak Kebahagiaan: Ustadz Khalid Basalamah menekankan bahwa kebahagiaan yang sesungguhnya adalah kebahagiaan yang bisa membawa kita kepada kebahagiaan abadi di Surga.

Kebahagiaan dalam Rumah Tangga: Partner Abadi

Kebahagiaan duniawi yang paling hakiki terwujud dalam ikatan rumah tangga yang saleh. Kebahagiaan bukan tolok ukur harta; sebuah gubuk yang dipenuhi tawa jauh lebih baik daripada istana yang dipenuhi tangisan.

• Bagi Suami: Kebahagiaan tertinggi adalah memiliki istri salehah yang senantiasa menyenangkan hati suami, taat, dan menjaga harta serta kehormatannya ketika suami pergi.
• Bagi Istri: Kebahagiaan tertinggi adalah memiliki suami saleh yang penuh cinta, senantiasa menjaga dirinya (dari perbuatan dosa), dan bertakwa kepada Allah.

Kebahagiaan ini akan semakin sempurna dengan hadirnya anak-anak yang saleh yang berbakti dan mendoakan kedua orang tuanya.

7 Tips Memilih Pasangan untuk Kebahagiaan Abadi

Bagi Anda yang belum menikah, kebahagiaan rumah tangga harus dimulai dengan langkah yang benar sejak awal. Berikut adalah panduan memilih pasangan untuk mencapai kebahagiaan abadi:

Luruskan Niat (Pondasi Pertama): Tujuan menikah harus karena perintah Allah dan Rasul-Nya, bukan karena desakan orang tua, faktor usia, ekonomi, atau politik. Menikah adalah realisasi fitrah dan sunah Nabi.

Pilih Partner Hidup yang Tepat: Pasangan adalah teman hidup abadi dalam segala suka dan duka. Tolok ukur utama dalam memilih bukanlah kecantikan, ketampanan, atau kekayaan, melainkan agama, akhlak, dan perilakunya.

Utamakan Kesetaraan Agama: Kesetaraan dalam pemahaman dan praktik agama adalah yang terpenting. Jika kesamaan agama sudah ada, perbedaan dalam hal ekonomi, pendidikan, atau sosial akan lebih mudah sirna.

Mudahkan Mahar: Perempuan yang paling sedikit maharnya adalah perempuan yang paling banyak keberkahannya. Memudahkan mahar akan meninggalkan kesan kebaikan yang tak terlupakan bagi calon menantu.

Lakukan Nazar (Melihat): Boleh bagi calon suami dan istri melihat pasangannya secara langsung. Hal ini diyakini dapat lebih melanggengkan cinta karena akan mendorong hati untuk segera menerima dan mencintai.

Jangan Lupa Istikharah: Setelah semua ikhtiar dilakukan, serahkan pilihan kepada Allah dengan melaksanakan salat Istikharah. Mohon petunjuk agar Allah memilihkan pasangan yang terbaik untuk dunia dan akhirat Anda.

Hati-hati di Masa Peminangan: Ingat, pinangan hanyalah janji. Pinangan tidak menghalalkan yang haram. Jauhi khalwat (berduaan) dan jaga batasan interaksi, kecuali dalam batas kebutuhan yang didampingi wali.

Kebahagiaan adalah pilihan, dan sebagai seorang Muslim, kita memiliki panduan yang jelas. Saat Anda fokus pada ketaatan, maka Allah akan memberikan perasaan rida dan puas, itulah kebahagiaan yang sebenarnya.

Kamu juga bisa membaca artikel menarik kami lainnya seperti Rahasia Derajat Tinggi: Amalan Tersembunyi dan Kekuatan Niat