Ketika seorang pria atau wanita akan menikah, biasanya akan timbul perasaan yang bermacam-macam. Ada rasa gundah, resah, risau, bimbang, termasuk tidak sabar menunggu datangnya sang pendamping. Bahkan ketika dalam proses ta’aruf sekalipun masih ada perasaan keraguan.
Namun, ada juga muncul rasa kekhawatiran. Bagi calon suami, maka rasa khawatir menghantui pikirannya. Khawatir bagaimana nanti setelah menikah?
Apakah bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga atau tidak? Bagaimana nanti setelah mempunyai anak, mampukah membimbing dan mendidik mereka? Apalagi kebutuhan hidup sehari-hari semakin mahal dari tahun ke tahun.
Daftar Isi
- 1 Jangan Ragu untuk Menikah Karena Alasan Ekomomi dan Takut Miskin. Karena Allah Melapangkan Rezeki Bagi yang Menikah.
- 2 Sebenarnya Menikah Juga Tak Perlu Menunggu Mapan dan Kaya, yang Penting Mempunyai Pekerjaan dan Terus Berusaha.
- 3 Kamu Juga Harus Tahu Bahwa Menikah Itu Sebenarnya Murah, Adat dan Gengsi yang Membuatnya Jadi Mahal
- 4 Pada Akhirnya, Jodoh Kita Adalah Orang yang Sah Menggenapi Kita
- 5 Jika Ada Keingininan Kita yang Tak Menjadi Nyata. Kita Hanya Harus Percaya. Kalau Allah Lebih Tahu Mana yang Lebih Kita Butuhkan Dari Apa yang Kita Minta.
Jangan Ragu untuk Menikah Karena Alasan Ekomomi dan Takut Miskin. Karena Allah Melapangkan Rezeki Bagi yang Menikah.
Belum percaya? Ini sudah janji Allah.
Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberikan kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (An Nuur : 32)
Ayat tersebut merupakan jawaban buat kita yang masih ragu untuk melangkah ke jenjang pernikahan karena alasan ekonomi. Yang perlu ditekankan kepada anak muda adalah kesanggupan untuk memberi nafkah, terus bekerja mencari nafkah untuk keperluan keluarga.
Sebenarnya Menikah Juga Tak Perlu Menunggu Mapan dan Kaya, yang Penting Mempunyai Pekerjaan dan Terus Berusaha.
Menikah merupakan salah satu ibadah sunnah yang di anjurkan oleh Rasulullah. Namun sayangnya, banyak yang menikah setelah menunggu mapan. Padahal seharusnya menikah tak harus menunggu kaya, yang penting kamu sudah mempunyai kerja dan berusaha terus.
Memang sangat wajar, ketakutannya karena takut tak bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga. Itu hal yang sangat wajar, namun jangan jadikan sebagai penghalang untuk beribadah kepada Allah dengan cara menikah. Bukankah menikah itu sama dengan menyempurnakan separuh agama. Lantas bagaimana dengan biaya-biaya pernikahannya?
Kamu Juga Harus Tahu Bahwa Menikah Itu Sebenarnya Murah, Adat dan Gengsi yang Membuatnya Jadi Mahal
Sebenarnya, menikah itu bisa jadi murah jika seseorang lebih memilih acara yang sederhana jika tidak ada adat dan gengsi diantara kedua belah pihak. Bukankah tujuan pernikahan yang sebenarnya adalah untuk menyempurnakan separoh agama dan untuk menjaga diri dari perbuatan maksiat.
Karena menikah itu sebuah ibadah yang bisa menjadi ladang pahala sepanjang masa. Seharusnya luruskan niatmu menikah hanya karena Allah Taala jangan sampai salah niat. Lagipula, bila niat sudah lillah tentu kamupun tidak akan mudah lelah saat menjelang pernikahan, karena pastinya kamu tidak sibuk dengan pikiran manusia, tapi lebih kepada berharap yang terbaik kepada Allah. *****
Pada Akhirnya, Jodoh Kita Adalah Orang yang Sah Menggenapi Kita
Jodoh adalah orang yang disiapkan Tuhan untuk menggenapi kita, untuk membersamai kita di sepanjang sisa usia. Jadi kalau kita belum berkesempatan untuk menikah dengan orang yang kita harapkan, sudah pasti orang itu bukan jodohnya kita. Jadi, buat apa menghabiskan waktu, perasaan dan pikiran untuk orang yang bukan ditakdirkan menggenapi kita.
Tenang saja, kita hanya berusaha untuk menggapai apa yang kita harapkan. Biarkan Allah yang maha baik yang memutuskan. Kalaupun itu baik bagi kita, Dia akan mempertemukan dengan siapa yang kita harapkan. Kalaulah Dia tidak mempertemukan, berarti dia akan menggantinya dengan seseorang yang lebih baik untuk kita. Menurut kerentuan-Nya.
Pada akhirnya, jodoh kita adalah orang yang sah menggenapi kita. Seberapa dekatpun kita dengan seseorang, seberapa dalam dan lamapun kita berhubungan dengan seseorang, orang itu belum tentu menjadi jodohnya kita. Orang tersebut akan benar-benar menjadi jodoh kita, kalau sudah disahkan oleh aturan, aturan agama dan negara. Bisa jadi orang yang baru kita kenal, bahkan seseorang yang belum pernah kita kenal sebelumnya-lah yang ternyata sudah Tuhan siapkan untuk dipertemukan dengan kita, untuk saling menggenapi. Entah melalui perantara apa ataupun siapa. [Kutipan Buku Genap]
Jika Ada Keingininan Kita yang Tak Menjadi Nyata. Kita Hanya Harus Percaya. Kalau Allah Lebih Tahu Mana yang Lebih Kita Butuhkan Dari Apa yang Kita Minta.
Dimana lagi kita harus mencari kesabaran, selain di ruang tunggu yang tak berkesudahan? Tunggu yang selalu mengawali satu-persatu kehendak-Nya tiba, tunggu yang antri bergantian untuk mengantarkan kita dari satu takdir ke takdir yang lainnya, tunggu yang setia menunggu.
Disuguhinya kita dengan degup-degup kecemasan, dengan binar-binar harapan, dengan serpihan-serpihan kebingungan, dengan bongkah-bongkah keraguan, dengan serangkaian ketidakpastian, dengan kesedihan serta kegembiraan yang silih berganti. Yang semuanya memang harus disantap dengan penuh keyakinan.
Keyakinan, bahwa Dia sudah mempersiapkan yang terbaik untuk setiap episode kehidupan kita. Dan tentu saja sesuatu yang terbaik itu, akan didapatkan dengan usaha terbaik juga, harus dihadapi dengan penyikapan terbaik pula. Karena jika tidak, kita tidak pernah merasa kalau itu adalah yang terbaik bagi kita. [Kutipan Buku Menata Hati]