Karena yang Kamu Kejar Akan Lari Dan yang Kamu Doakan Insyaallah Datang Sendiri

Karena yang Kamu Kejar Akan Lari
Karena yang Kamu Kejar Akan Lari
“Hanya dua alasan yang membuat seseorang memutuskan pergi sejauh mungkin. Satu karena kebencian yang amat besar, satu lagi karena rasa cinta yang amat dalam.” Tere Liye

“Apakah cinta sejati itu? Maka jawabannya, dalam kasus kau ini, cinta sejati adalah melepaskan. Semakin sejati perasaan itu, maka semakin tulus kau melepaskannya. Aku tahu kau akan protes, bagaimana mungkin?

Kita bilang cinta itu sejati, tapi kita justru melepaskannya? Tapi inilah rumus terbalik yang tak pernah dipahami oleh pecinta. Mereka tidak pernah mau mencoba memahami penjelasannya.”

“Lepaskanlah. Maka besok lusa, jika dia cinta sejatimu, dia pasti akan kembali dengan cara mengagumkan. Ada saja takdir hebat yang tercipta untuk kita. Jika dia tidak kembali, maka sederhana jadinya, itu bukan cinta sejatimu.”

“Hei, kisah-kisah cinta di dalam buku itu, di dongeng-dongeng cinta, atau hikayat orang tua, itu semua ada penulisnya. Tetapi kisah cinta kau, siapa penulisnya? Allah. Penulisnya adalah pemilik cerita paling sempurna di muka bumi. Tidakkah sedikit saja kau mau meyakini bahwa kisah kau pastilah yang terbaik yang dituliskan.”

Tentang Kamu Terima kasih untuk kesempatan mengenalmu, itu adalah salah satu anugerah terbesar hidupku. Cinta memang tidak perlu ditemukan, cintalah yang akan menemukan kita. Terima kasih. Nasihat lama itu benar sekali, aku tidak akan menangis karena sesuatu telah berakhir, tapi aku akan tersenyum karena sesuatu itu pernah terjadi.

Daftar Isi

Read More :  Saat Merasa Bosan Dalam Hubungan, Lebih Baik Sama-Sama Kita Bicarakan

Masa lalu. Rasa sakit. Masa depan. Mimpi-mimpi. Semua akan berlalu. Seperti sungai yang mengalir. Maka biarlah hidupku mengalir seperti sungai kehidupan.

Karena yang Kamu Kejar Akan Lari
Karena yang Kamu Kejar Akan Lari

Menikah itu bukan balap mobil atau balap karung. Jadi bukan tentang siapa yang lebih cepat daripada siapa atau siapa yang mendahului siapa. Tapi tentang suatu fase hidup, yang setiap orang punya kebijaksanaan dan kondisi masing-masing untuk memasukinya. Kalau sudah siap dan kondisinya memungkinkan baiknya memang disegerakan.

Kondisi kita berbeda dengan kondisi mereka. Seperti yang kamu tahu, ada masalah yang harus aku selesaikan dengan keluargaku. Aku mohon kamu mau bersabar sedikit lagi. Nanti kalau saatnya sudah tiba, aku dan keluargaku akan datang ke rumahmu. Sampai saat itu tiba, biarlah kita tetap saling percaya. [Kutipan Buku Menata Hati] ㅤㅤ ****

Kamu Pernah Mengajarkan Indahnya Jatuh Cinta, Dan Mengajarkan Pedihnya Terluka

Dream Apichaya Phanichtrakool
Dream Apichaya Phanichtrakool

Sebelum hari ini, kau pernah mengajarkanku indahnya jatuh cinta. Hingga pikiranku terbang pada mimpi-mimpi indah yang kuharap menjadi nyata.

Di mana, kita menikmati senja bersama, seraya menceritakan tentang apa yang kau inginkan, dan kelak akan kuaminkan. Sebelum hari ini, kau pernah ada untuk mengajarkanku tentang bahagianya menumbuhkan segenap rasa, dan memupuk setiap harap dalam dada.

Namun, pada akhirnya, kau jugalah yang mengajarkanku pedihnya terluka. Impianku direnggut secara paksa, harapanku dijatuhkan dengan nista, dan akhirnya aku berteman baik dengan sepi dan kecewa. Memang benar, menaruh harap pada manusia, maka yang didapat hanyalah kecewa. Sungguh, sebaik-baiknya pengharapan, adalah yang diserahkan pada Sang Pemilik Semesta.

Namun, satu hal yang harus kau tahu. Aku tak pernah berhenti bermunajat kepada-Nya. Meminta, agar kelak Dia pilihkan seseorang yang terbaik. Dan suatu saat nanti, akan kau dapati aku sebagai seseorang yang pernah kau buat jatuh, namun mampu berdiri kembali dengan tangguh.”

Read More :  Lelaki Sejati Tak Pernah Bermain-Main Dengan Cinta, Karena Butuh Tanggungjawab

Terkadang Cinta Mampu Membuat Seseorang Menjadi Buta. Hingga Ia Tak Sanggup Membedakan Antara Terlalu Kuat Bertahan Atau Terlalu Lemah Untuk Melepaskan.

Dream Apichaya Phanichtrakool
Dream Apichaya Phanichtrakool

Kadang ada orang yang sudah disakiti berkali-kali tapi dia masih bersedia menanti. Sudah berkali-kali dijatuhkan, tapi dia tetap mau bertahan. Dengan dalih, “Aku ini masih kuat bertahan. Meski dia sudah menyakiti berkali-kali.” Benarkah? Terlalu kuat bertahan, atau justru terlalu lemah untuk melepaskan?

Sebab, cinta yang pantas dijaga habis-habisan adalah ketika kita telah bersatu dalam ikatan pernikahan. Sedangkan dia yang kini masih diperjuangkan? Dia belum tentu jadi jodohmu.

Sudah mati-matian bertahan, dia malah menjadi jodoh orang lain. Hancur sudah. Kawan, orang yang paling kuat itu bukan dia yang tetap berusaha mati-matian memperjuangkan rasa, padahal ia sendiri menderita. Tapi, orang yang paling kuat adalah dia yang mampu melepaskan, ketika bertahan hanya akan sisakan kekecewaan.

Maka lepaskanlah saat kau sadar ada banyak luka dalam dada. Melepaskan tidak berarti engkau lemah, ataupun tak setia. Melepaskan tidak berarti engkau tak sanggup memberikan ketulusan. Sebab cinta yang tulus adalah membiarkan ia bahagia meski akhirnya bukan bersama kita.

Tetap menantinya dengan alasan terlalu kuat bertahan, itu hanya pembenaran, bukan kebenaran. Maka tanyakanlah pada diri sendiri, terlalu kuat bertahan, atau terlalu lemah untuk melepaskan?

Jika Pada Akhirnya Kehilangan Menyadarkanmu Pada Seseorang yang Pernah Memberikan Ketulusan, Itu Berarti Kamu Sedang Dalam Puncak Penyesalan.

Drama Korea Im Siwan
Drama Korea Im Siwan

Ada yang datang dengan baik-baik, mencoba mengetuk pintu hati dengan sabar, mencintai dengan tulus dan menanti dengan ikhlas. Tapi, menanti ada batasnya. Ia berhak pergi jika penantiannya terlanjur disia-siakan.

Jika ia pergi, maka kau akan terlambat menyadari ketulusan dari seseorang yang datang dengan baik-baik, dan berniat menjadikanmu sebagai pendamping hidupnya. Tatkala dia berpindah ke lain hati, maka kamu hanya bisa menatapnya dengan penuh sesal. Tersebab ketulusan yang dia berikan, kini tak lagi dipersembahkan untukmu. Melainkan untuk hati yang lain.

Read More :  Sadarlah! Dia Tak Cinta, Hanya Saja Ingin Bermain-main Dengan Perasaanmu

Maka, jangan terburu-buru menyia-nyiakan dia yang memiliki ketulusan. Sebab, kita akan menyadari ketulusan seseorang, setelah kita kehilangannya. Dan sungguh, itulah puncak dari penyesalan. 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *