Semoga Kamu Bahagia Dengan Dia Yang Kamu Harapkan

Sejak awal, aku sudah sedikit banyak merasa, bahwa mungkin saja kamu bukan tercipta untuk diriku. Sejak pertama kali menjalin hubungan itu, aku sudah tahu bahwa cinta memang tak selalu memiliki, dan justru lebih egois, jika aku memaksa untuk memilikimu.

Apalagi, aku percaya, bahwa ketentuan Tuhan itu indah. Jadi, ketika aku sadar bahwa hatimu bukanlah milikku. Kamu bukan ditakdirkan untuk terus bersamaku. Maka aku pergi. Aku akan menghilang dari hidupmu dan sebisa mungkin merelakanmu untuk bersama dirinya.

Aku hanya tidak ingin egois, sebab hubungan tidak bisa berjalan sendirian. Apalagi, bertahan hanya karena rasa kasihan. Mungkin, itulah yang terbaik untuk kita berdua. Akhir yang seharussnya sebagaimana, yang Tuhan takdirkan.

Aku Percaya Apa Yang Seharusnya Menjadi Milikku, Harusnya Tidak Menjadi Milik Orang Lain. Tapi Hatimu, Nyatanya Kamu Biarkan Dimiliki dan Diisi Oleh Orang Lain.

Dari dulu, aku percaya bahwa apa yang menjadi milikku, tidak akan menjadi milik orang lain. Apa yang ditakdirkan buatku, hati, jiwa dan perasaannya juga bersamaku dengan saling menerima, serta mengasihi dengan tulus.

Namun, kamu berbeda. Kamu membiarkan hatimu dinyamankan serta memberi kenyamanan pada orang lain. Begitu juga dengan pikiranmu diisi oleh harapan bersama dengan orang lain. Kamu mengkhianatiku dan tetap merasa baik-baik saja setelah melakukan semua itu.

Jadi, dengan semua fakta itu. Salahkah, aku jika berpikir bahwa kamu bukan ditakdirkan untukku. Salahkah, jika aku berpikir bahwa kamu ternyata bukanlah milikku.

Yang Terbaik Tidak Akan Punya Cara Untuk Menyakiti, Apalagi Mengkhianati. Dia Di Sisi Untuk Membahagiakan dan Berjuang Bersama.

Dia yang terbaik, bukan hanya dia yang tetap berada di sisi. Tapi, juga tidak punya cara untuk menyakiti, apalagi sampai mengkhianati.

Sebab, dia sadar bahwa telah membangun suatu hubungan, punya komitmen dan tanggung jawab dalam hubungan itu. Jika memang ada suatu masalah, bukan dengan diam-diam mengkhianati. Tapi, dengan berusaha membicarakan masalah itu baik-baik dan mencari jalan keluarnya bersama.

Jadi, meski kamu tetap berada disisi, tapi mengkhianati. Jujur saja, itu sangat menyakitkan. Lebih baik kamu mengatakan secara langsung, jika ingin hubungan ini berakhir. Lebih baik kita berpisah daripada bersama tapi tidak lagi bisa berjuang sebagaimana seharusnya.

Sehingga Aku Memilih Untuk Pergi. Bertahan pun Tidak Ada Artinya Lagi. Saatnya Menyadari Bahwa Kamu Mungkin Bukan Tuhan Ciptakan Untukku.

Tidak masalah, biar aku saja yang pergi. Tidak mengapa, jika memang itu adalah akhir yang baik untuk kita berdua. Toh, bertahanpun, jika hanya keterpaksaan dan rasa kasihan, sama-sama tidak akan baik untuk kita berdua.

Aku rasa, sudah waktunya untuk berhenti egois dan meyakinkan diri bahwa hubungan ini adalah sebuah kesalahan. Kamu bisa berbahagia dengan apa yang menurutmu bisa membahagiakanmu.

Sedang, aku pun bisa menemukan seseorang yang benar-benar bisa membahagiakan dan berjuang bersamaku.

Terimakasih karena sempat memberikan rasa dan berjuang bersama. Namun, ketika hatimu sudah mendua dan melewatkan perjuangan itu. Maka saat itulah, aku harus mengucapkan selamat tinggal.

Satu Doaku, Semoga Kamu Bahagia Dengan Dia Yang Kamu Harapkan, Dan Aku pun Juga Segera Tersembuhkan.

Aku akan belajar ikhlas, walau itu sulit pada awalnya. Aku akan belajar untuk merelakan dan tidak egois, dengan memilih untuk pergi dan membiarkan kamu bersama dia yang kamu harapkan.

Semoga, kamu bisa bahagia dengan pilihanmu, dan menemukan apa yang selama ini kamu cari, juga apa yang tak mampu aku beri.

Satu doaku, semoga aku tidak begitu lama terluka dan segera menemukan yang lebih baik darimu. Sehingga, bukan hanya kamu yang bahagia, aku juga bisa bahagia dengan jalan yang kupilih, yaitu mengikhlaskan kamu.

*****

Pria Yang Menyakiti Wanita Bukanlah Pria Bertanggungjawab dan Dewasa

Jika kamu menyebut dirimu adalah seorang pria dewasa, maka buktikan dengan sikap dan perlakuan kamu pada seorang wanita.

Sebab, memang sudah kodratnya, lelaki harus menjaga wanitanya, melindungi dan mengayomi sebagaimana peran dan tanggung jawab yang telah disepakati bersama.

Selain itu, lelaki memang diberikan pikiran yang lebih panjang dan hati serta pikiran yang lebih lapang untuk menghadapi wanita. Sehingga jelas, bagi pria yang masih menyakiti perasaan wanita dan membuatnya menangis. Tandanya, dia belumlah bertanggung jawab dan dewasa.

Bukti Tanggung Jawab dan Kedewasaan Lelaki Itu Saat Wanitanya Bahagia.

Bukan mapan, kesuksesan, pekerjaan yang baik atau takaran kekayaan yang menjadi bukti bahwa kamu adalah pria yang bertanggung jawab dan dewasa. Apalagi sekedar usia yang telah tua, dan seharusnya pantas disebut untuk dewasa.

Tapi caranya berpikir dan memperlakukan wanitanya yang menjadi tonggak kedewasaan seorang pria. Saat dia bisa membuat wanitanya selalu bahagia, meski dengan cara yang sederhana. Memastikan kebutuhan keluarganya terpenuhi dan tak lelah membimbing kea rah yang lebih baik bersama.

Saat wanita, keluarga dan dirimu sendiri bahagia, maka di saat itulah kamu telah membuktikan bahwa kamu adalah pria yang bertanggung jawab.

Pria Dewasa Itu Tanpa Diminta Sudah Tahu Tanggung Jawabnya Memenuhi Kebutuhan Keluarga, Juga Tidak Pernah Berpangku Tangan Melihat Kerepotan Wanitanya.

Pria dewasa itu sudah terlatih, melatih dirinya dengan ilmu dan tanggung jawab. Sehingga tanpa istrinya meminta, dia sudah memberikan nafkah yang seharusnya untuk kebutuhan rumah tangga.

Bahkan, saat dia suka sekali menanyakan dan menawari tambahan, ketika merasa istrinya kurang atau takut kehabisan. Dia tidak akan pelit, sebab sadar dia bekerja pun juga untuk kebahagiaan keluarganya

Pria bertanggung jawab juga tidak akan hanya berdiam diri, saat melihat wanita kerepotan dengan pekerjaan rumah tangga. Selama dia juga sedang dalam keadaan yang santai, maka dia juga akan membantu mengerjakan pekerjaan rumah atau mengurus anak-anak.

Sebab pria dewasa tahu bahwa dalam rumah tangga yang harmonis, pasangan harus saling bekerja sama.

Pria Dewasa Menjadikan Komitmen Sebagai Prinsip Hidup. Sebab Dia Tahu Menyakiti dan Tak Setia Hanya Untuk Pria Brengsek dan Murahan.

Pria dewasa dan bertanggung jawab, tentulah akan menjaga komitmen setia dengan sepenuh hati, juga menjadikannya sebagai prinsip hidup.

Dia sadar sepenuhnya bahwa setelah mengambil tanggung jawab wanitanya dari kedua orangtuanya. Itu berarti dia harus memastikan kebahagiaan wanitanya sebagai prioritas yang pertama dan utama. Sehingga dia akan merutuki diri, jika sampai membuat wanitanya bersedih dan sakit hati.

Selain itu, pria yang hanya bisa menyakiti dan tidak setia, tidak lebih dari pria brengsek dan murahan. Tidak ada orang yang akan rela dikhianati dan ditinggalkan saat berjuang bersama. Pria dewasa mengerti hal itu, sehingga sepenuh hati menjaga hubungannya.

Pria Yang Bisa Dipercaya dan Selalu Terbuka Pada Wanitanya Itulah Pria Yang Dewasa.

Ciri pria dewasa adalah bisa dipercaya ucapannya, sebab mereka akan menjaga janji yang telah diucapkan. Selain itu pula, dia akan mementingkan hubungan dan menjadikannya prioritas, dengan selalu terbuka dan jujur soal apapun pada wanitanya.

Pria dewasa, dia juga mampu untuk mengendalikan emosinya, sehingga tidak akan mampu menyakiti wanita, bahkan saat dirinya tersakiti. Baginya, wanita adalah seseorang yang harus dilindungi, bukan disakiti apalagi dibuat menangis karena harapan palsu dari pria yang tidak bertanggung jawab.