Waspada Bahaya Brain Rot! Istilah Otak Membusuk, Akibat Kecanduan Media Sosial

Penggunaan media sosial berlebih
Penggunaan media sosial berlebih

Pernah enggak sih, kita merasa otak kita “terbakar” atau “kosong” setelah scroll media sosial dalam jangka waktu terlalu lama? Kondisi seperti ini disebut sebagai “Brain Rot” atau pembusukan otak. Istilah ini menggambarkan bagaimana penggunaan media sosial secara berlebihan bisa memengaruhi otak kita, membuat kita menjadi mudah kehilangan fokus, tidak produktif, dan bisa berdampak pada kesehatan mental. Kebanyakannya dialami juga saat mengkonsumsi terlalu banyak konten berkualitas rendah secara berulang-ulang.

Melansir tulisan Andhika Alexander Repi, seorang psikolog, brain rot bukan istilah medis resmi, tetapi pertama kali dikenalkan oleh Dr. Michael Rich dari rumah sakit anak di Boston pada tahun 2007. Bahkan, istilah ini dinobatkan sebagai “Oxford Word of The Year” di tahun 2024.

Orang yang mengalami brain rot lebih fokus pada apa yang mereka lihat di internet daripada pengalaman sehari-hari. Mereka bisa mulai meniru cara berbicara dan perilaku yang mereka lihat di sosial media dalam kehidupan nyata. Istilah ini sering dikaitkan dengan anak-anak yang sangat aktif di dunia maya, sampai-sampai bahasa atau gaya bicara dari internet menjadi bagian dari cara mereka berkomunikasi. Anak-anak ini disebut “iPad Kids”.

Daftar Isi

Read More :  Kisah Nyata : Kehadirannya Mengubah Hidupku Di Bangku SMA

Konsep lain tentang brain rot khususnya iPad kids.

iPad kids
iPad kids

iPad kids adalah anak-anak yang mengabiskan sebagian besar waktu mereka dengan perangkat elektronik, terutama iPad atau tablet. Mereka sering menonton YouTube atau bermain game seperti minecraft atau roblox, bahkan saat makan. Jika orang tua mereka meminta untuk berhenti atau melepaskan perangkat tersebut, mereka bisa mulai menangis karena merasa kesulitan lepas dari gadgetnya.

Menurut Urban Dictionary, iPad kids adalah anak-anak yang lebih menghabiskan waktu di dalam rumah, bermain game atau menonton video, dan jarang keluar rumah bermain dengan teman-temannya. Kebiasaan ini membuat mereka kurang terhubung dengan dunia nyata dan lebih fokus pada dunia maya (Urban Dictionary, 2021).

Alasan media sosial bisa menggangu otak.

Otak sebenarnya dirancang untuk fokus dan memproses informasi dengan lebih mendalam. Namun, media sosial sering membuat kita terpapar informasi dengan cepat dan kadang-kadang tidak penting, yang membuat otak sulit untuk beristirahat. Kebiasaan berpindah-pindah antara satu konten ke konten yang lain atau multitasking juga bisa menggangu cara otak bekerja dengan baik. Penelitian dari Rosen et al. (2021), menunjukkan bahwa sering ganti-ganti konten sosial media bisa membuat otak menjadi lebih lelah dan kurang efektif dalam menyelesaikan tugas.

Apa yang terjadi pada otak akibat sering menggunakan media sosial?

Kecanduan Medsos
Kecanduan Medsos

1. Kecanduan dopamin

Setiap kali ada notifikasi, like, atau komentar, otak kita melepaskan dopamin yang membuat kita senang dan ingin terus mendapatkannya. Kalau ini terus terjadi, otak menjadi ‘ketagihan’ dan susah berhenti. Menurut Frost et al. (2020), kecanduan media sosial bisa mengubah cara otak merespon dan membuat kita sulit fokus pada hal lain.

2. Penurunan fokus

Kebiasaan berpindah-pindah aplikasi, misalnya dari Instagram ke TikTok, membuat otak kesulitan fokus. Penelitian Rosen et al. ( 2021), menunjukkan bahwa sering berganti-ganti konten bisa menurunkan kemampuan kita untuk fokus pada tugas penting.

Read More :  Sejak Menjadi Seorang Ibu, Hobinya Marah-marah Terus. Ada Apa dengan Moms?

3. Meningkatkan stress dan kecemasan

Menggunakan media sosial berlebihan bisa membuat kita cemas, terutama karena melihat orang lain yang tampaknya lebih sukses atau bahagia. Kross et al. (2018), menemukan bahwa hal ini bisa meningkatkan kecemasan dan depresi, khususnya di kalangan remaja.

4. FOMO (Fear of Missing Out)

Media sosial sering memunculkan perasaan ‘takut ketinggalan’, misalnya saat melihat teman-teman melakukan sesuatu hal yang viral, maka ingin mengikuti trendnya. Przybylski dan Weinstrein (2017), menunjukkan bahwa FOMO dari media sosial bisa membuat kita merasa lebih cemas dan tidak puas dengan hidup.

5. Gangguan tidur

Menggunakan media sosial sebelum tidur bisa menggangu kualitas tidur. Cahaya biru dari layar ponsel menghambat produksi hormon melatonin yang penting untuk tidur. Woods dan Scott (2016), menemukan bahwa ini bisa membuat kita tidur lebih buruk dan merasa lelah keesokan harinya.

Lalu, bagaimana solusi mencegah brain rot?

Media sosial
Media sosial

1. Batasi waktu penggunaan

Cobalah atur waktu khusus buat scroll media sosial. Misalnya setel timer 30 menit setelah selesai tugas atau belajar, lalu istirahat sebentar. Ini bisa membantu otak kamu agar tidak kecanduan terus-menerus dengan notifikasi.

2. Hindari penggunaan media sosial sebelum tidur

Usahakan untuk tidak bermain media sosial 30 – 60 menit sebelum tidur. Penelitian oleh Woods dan Scott (2016), menunjukkan bahwa ini bisa membantu meningkatkan kualitas tidur dan membuat kamu lebih segar keesokan harinya.

3. Pilih konten yang positif dan menginspirasi

Gantilah kebiasaan mengikuti akun-akun yang membuat stress atau cemas, dengan akun-akun yang bisa memberimu inspirasi, informasi bermanfaat, atau hiburan positif. Ini bisa membantu kamu merasa lebih baik dan mengurangi efek negatif media sosial.

Read More :  Song Hye Kyo Beberkan Tips Memiliki Wajah Cantik dan Tubuh Sehat Di Usia 40 Tahun. Ternyata Ini Rahasianya!

4. Praktikkan mindfulness atau meditasi

Coba deh, lakukan mindfulness atau meditasi untuk membantu menenangkan pikiran. Penelitian oleh Chittaranjan et al. (2019), menunjukkan bahwa latihan mindfulness dapat membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan fokus, terutama bagi mereka yang banyak terpapar stress akibat media sosial.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *