Bukan aku yang tak pernah berjuang dengan sekuat tenaga untuk mendapatkan cinta dan sayangmu. Nyatanya aku berhasil menaklukkan kamu dan hatimu.
Kita pun berakhir pada status pasangan kekasih hingga empat tahun. Tapi sayangnya, pertengkaran selalu menjadi penghalang dalam hubungan kita, atau mungkin kita yang tidak berfikir secara dewasa?
Bila dihitung dengan jari dan standar angka dewasa. Justru umur kita sudah cukup dinyatakan dengan matang. Lantas bagaimana kita yang sudah matang bisa selalu bertengkar seperti anak kecil dan penyelesaiannya juga tak kalah kekanak-kanakan.
Atau benar adanya umur hanyalah sebatas angka yang tak bisa dijadikan sebagai acuan untuk mengukur kedewasaan seseorang.
Daftar Isi
- 1 Bahkan Aku Ingin Tuli Sesat, Saat Kamu Mengeja Namanya Dalam Sumpah Yang Khidmat.
- 2 Sebelum Aku Benar-Benar Bisa Move On, Sebenarnya Masih Ada Setetas Rasa Yang Kusisihkan Untuk Kepulanganmu.
- 3 Aku Tak Menangisi Ketika Kau Pergi, Hanya Saja Sedikit Kecewa
- 4 Kini Pagiku Tak Lagi Kamu Sapa, Hatiku Tak Lagi Kamu Rasa dan Aku Harus Terbiasa Meski Terpaksa.
- 5 Meski Kadang Aku Merasa Risih Bukan Karena Sifatmu yang Pilih-Pilih, Karena Rindu Ini yang Terus Merintih.
- 6 Karena Aku Sadar Betul, Rindu Memang Kerap Kali Mengganggu. Berharap Berujung Temu Namun Kenyataannya Hanya Bisa Menggerutu.
Bahkan Aku Ingin Tuli Sesat, Saat Kamu Mengeja Namanya Dalam Sumpah Yang Khidmat.
Bila dilihat kebelakang sejenak, hubungan ini mulai kandas sejak kamu mengenalnya dan selalu ada untukmu. Atau mungkin kamu yang terlalu nyaman dengannya dan sudah bosan denganku. Tapi yang pasti saat kamu mengeja nama orang yang akan menjadi kekasihmu itu, aku hanya ingin tuli sesaat supaya aku tak mendengarnya.
Namun pada kenyataanya, suara tinggi dengan ejaan yang jelas kamu ucapkan dengan khidmat menyadarkanku bahwa memang hubungan ini tak bisa dipertahankan. Dan pada akhirnya mengiklaskan dan move on menjadi jalan terbaik bagi kita.
Sebelum Aku Benar-Benar Bisa Move On, Sebenarnya Masih Ada Setetas Rasa Yang Kusisihkan Untuk Kepulanganmu.
Meski perasaan ini sungguh sakit, tapi sungguh sangat sulit untuk bisa melupakannya dalam waktu dekat. Aku gak tahu juga tentang perasaan kamu yang sekarang, apakah kamu bahagia bersamanya atau hanya pura-pura bahagia?
Karena bisa jadi sikapnya setelah kalian menjalai hubungan tak seindah ketika kamu masih menjadi kekasihku. Bukankah sifat manis orang ketiga itu selalu manis ketika belum bisa merebut?
Tapi entah kenapa, aku masih menyisihkan setetas rasa untuk kamu pulang. Aku masih menyediakan bahu tempatmu bersandar meski aku yang dikhianati dan terluka. Namun perihal rasa, masih tersimpan sedikit untukmu sebelum pada akhirnya mungkin akan berubah menjadi biasa saja. *****
Aku Tak Menangisi Ketika Kau Pergi, Hanya Saja Sedikit Kecewa
Sebenarnya aku sadar betul bahwa setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Aku tahu betul bahwa cinta sebelum jalur kuning melengkung masih bisa berlabuh kelain hati.
Sungguh aku menyadari bahwa sebelum akad terucap kita hanyalah sebagai pasangan yang kapan saja bisa berakhir dengan kata putus baik secara baik-baik maupun tragis.
Sebenarnya bila kamu ingin pergi karena merasa sudah tak nyaman lagi atau mungkin kamu sudah menemukan tempat cinta berlabuh dengan sementara juga. Aku tak akan pernah menangisi atas kepergianmu, hanya saja aku sedikit kecewa jika kamu tak berencana untuk kembali.
Kini Pagiku Tak Lagi Kamu Sapa, Hatiku Tak Lagi Kamu Rasa dan Aku Harus Terbiasa Meski Terpaksa.
Pada akhinrya kamu memutuskan untuk pergi, aku gak tahu kamu pergi untuk selamanya atau hanya sementara dan kembali lagi kala kamu bosan. Hanya saja satu hal yang pasti, kini kita saling menyapa ketika pagi, hati kita mungkin tak saling punya rasa dan bahkan meski harus terpaksa.
Jangan terlalu berharap nanti jadi candu. Yang awalnya menatap seakan dia ingin menetap malah akhirya meratap.
Bukankah kita sadar betul, bahwa ketika memilih untuk pergi berarti kita sudah siap dengan semua konsekuensinya. Termasuk membuang semua kenangan dan perihal rasa yang pernah ada. Mungkin tak bisa dibuang secepat kilat, hanya saja akan terkubur dengan kenangan-kenangan yang akan datang bersama orang baru disekitar kita.
Meski Kadang Aku Merasa Risih Bukan Karena Sifatmu yang Pilih-Pilih, Karena Rindu Ini yang Terus Merintih.
Kadang sesekali rindu kepadamu selalu menghampiri dikesunyian malam atau bahkan ketika aku sedang bersama-sama dengan teman-teman. Nyatanya kadang angin membisikkan sebuah nama yang pernah menjadi masa lalu, meski aku tak ingin mendengarnya lagi.
Dibalik mata yang menatap terdapat kata yang terucap. Perihal rasa yang terungkap bahwa ada rindu yang meluap-luap
Sebenarnya aku masih merasa risih bila kenagan itu muncul karena aku tahu sifatmu yang pilih-pilih. Mungkin kala itu aku yang terpilih dan kini kamu memilih yang lainnya. Meski rindu ini semakin rintih, biarlah kupendam dalam hati ini.
Karena Aku Sadar Betul, Rindu Memang Kerap Kali Mengganggu. Berharap Berujung Temu Namun Kenyataannya Hanya Bisa Menggerutu.
Meski rindu sudah kukubur dalam sanubaru dengan sekuat tenaga, nyatanya rindu memang kerap kali mengganggu. Dan bahkan tak jarang ingin selalu bertemu denganmu hanya untuk menuntaskan rindu, padahal aku sudah tahu itu tak mungkin terjadi lagi. Karena kini kita bukan sepasang kekasih lagi. Pada akhirnya rindu ini harus menerima kenyataannya meski selalu menggerutu.