Menikah adalah salah satu siklus kehidupan yang ingin dilewati oleh setiap manusia. Meski memang ada juga yang memutuskan untuk tidak menikah karena berbagai hal. Namun sebagian besar ingin menikah dan hidup bahagia dengan pasangan yang dia cintai.
Lalu pernah kamu mendengar bahwa menikah itu harus di umur 25 tahun atau jangan sampai menikah di umur 30 tahun. Sebenarnya menikah itu tidak harus selalu dilihat dari umur, namun kesiapan mental dan finansial kamu juga.
Bagi kamu yang penasaran dengan kesiapan kamu untuk menikah. Coba pelajari terlebih dahulu 5 Fakta berikut ini.
Daftar Isi
- 1 1. Kamu Merasa Hidupmu Lelah Sendirian, Makanya Kamu Memutuskan Untuk Menikah.
- 2 2. Mengikuti Kemauan Orang Tua Itu Tak Ada Salahnya, Tapi Jika Kamu Menikah Semata-Mata Ingin Membahagiakan Orang Tua Itu Salah.
- 3 3. Semua Teman-Teman Dekatmu Sudah Menikah, Karena Malu Kamu Pun Segera Ingin Mengakhiri Masa Lajangmu.
- 4 4. Jangan Menikah Hanya Karena Dikejar Usia.
- 5 5. Kamu Juga Harus Belajar dan Berubah, Jika Masih Malas Berarti Kamu Belum Siap Untuk Menikah.
- 6 Menikah Itu Legowo Menerima Sifat Asli Pasangan Setelah Menikahinya
- 7 Menikah Itu Kelegowoan, Legowo Menerima Kurang Lebih Pasanganmu Dengan Seutuhnya.
- 8 Menikah Itu Kelegowoan. Tenangkan Hatimu Dengan Kesabaran, Sekaligus Menangkan Hati Pasanganmu Dengan Ketulusan
- 9 Menikah Itu Kelegowoan. Perjuangan Untuk Saling Menerima, Berbagi, Melengkapi dan Membimbing Hingga Akhir.
- 10 Menikah Itu Kelegowoan. Jadi, Berhentilah Mengeluhkan Beberapa Sifat Asli Pasangan Setelah Menikah. Terimalah Dengan Ikhlas dan Jangan Pernah Menyesali Hadirnya.
1. Kamu Merasa Hidupmu Lelah Sendirian, Makanya Kamu Memutuskan Untuk Menikah.
Memasuki umur yang ke 27 tahun, saat ini kamu masih sendiri dan belum menemukan orang yang tepat untuk menjalani kehidupan bersama. Karena merasa lelah dan putus asa, kamu pun berniat menikah dengan tujuan supaya tidak hidup sendiri lagi.
Jika kamu percaya sendiri itu melelahkan, maka kamu juga harus percaya bahwa menikah itu jauh melelahkan. Karena ada 2 kepala dengan latar belakang yang berbeda harus disatukan.
2. Mengikuti Kemauan Orang Tua Itu Tak Ada Salahnya, Tapi Jika Kamu Menikah Semata-Mata Ingin Membahagiakan Orang Tua Itu Salah.
Semua orang tua ingin yang terbaik buat anaknya, mulai dari pendidikan sampai dengan karir. Kadang setelah anak sukses dengan finansial yang baik. Orang tua juga ingin segera menimang cucu, dan mengharapkan anaknya segera menikah.
Kamu sebagia anak tentu saja bimbang dan ragu, antara menuruti semua keingan orang tuamu atau memilih pendamping hidup yang tepat dan menunggu terlebih dahulu. Kamu harus menyadari bahwa menikah itu kamu yang menjalani bukan orang tuamu. Jadi pastikan menikah itu karena keingananmu bukan paksaan orang tua.
3. Semua Teman-Teman Dekatmu Sudah Menikah, Karena Malu Kamu Pun Segera Ingin Mengakhiri Masa Lajangmu.
Ketika teman-temanmu sudah menikah, bukan berarti kamu harus menikah juga. Karena memang menikah itu bukan sebuah lomba yang harus siapa cepat dia dapat. Ingatlah menikah itu bukan hanya sekadar ikut-ikutan dan pamer kekasih. Tapi kamu memang harus benar-benar siap lahir dan bathin.
4. Jangan Menikah Hanya Karena Dikejar Usia.
Ketika usia sudah memasuki 25 tahun, tentu saja banyak yang sudah menikah. Bahkan setiap tahunnya umur tentu saja bertambah, namun jodoh belum saja kelihatan dan mendekat.
Karena usiamu yang semakin matang, lalu kamu pun memutuskan untuk menikah dengan sembarang orang. Jika hanya karena usia yang kamu takutkan, itu tandanya kamu belum benar-benar siap.
5. Kamu Juga Harus Belajar dan Berubah, Jika Masih Malas Berarti Kamu Belum Siap Untuk Menikah.
Satu hal yang sangat penting dan harus dimiliki oleh siapapun yang akan menikah adalah mental pembelajar. Karena setelah kamu memutuskan menikah, tentu saja tanggungjawabmu akan semakin bertambah.
Kamu harus memberikan yang terbaik untuk pasangan dan anak-anakmu kelak. Jadi sebagai calon orang tua dan pasangan suami istri harus rajin belajar untuk membenahi kekurangan yang ada dalam diri masing-masing.
*****
Menikah Itu Legowo Menerima Sifat Asli Pasangan Setelah Menikahinya
Setelah menikah, biasanya kamu akan dikagetkan saat baru menyadari sifat asli pasanganmu. Padahal, kamu sudah mengenalnya cukup lama, sudah cukup mendetail mencari tahu soal dirinya ketika ta’arufan. Sehingga, kamu mulai mengeluhkan beberapa sifat yang menurutmu mengesalkan dan menggerutu saat pasangan sulit untuk diajak berubah.
Sebenarnya, bisa jadi, kamu sudah tahu akan sifat-sifat asli itu sebelumnya. Tapi karena dulunya masih sangat cinta dan masih buta cinta juga, akhirnya kamu menyepelekan hal itu atau berpikir nanti lama-lama akan berubah.
Nah, barulah setelah menikahinya, kamu mulai berani mengeluhkan sifat itu, bahkan menuntut pasanganmu berubah seperti yang kamu mau. Padahal jelas, itu adalah cara yang salah.
Menikah Itu Kelegowoan, Legowo Menerima Kurang Lebih Pasanganmu Dengan Seutuhnya.
Jika kamu dulu sudah setuju untuk menerima pasangan kamu apa adanya. Maka buktikan hal itu sekarang, saat kamu sadar atau baru tahu sifat asli pasanganmu. Karena setelah menikah, biasanya akan terbuka semua sifat buruk dan baik pasanganmu, sekaligus hal-hal yang dulu disembunyikannya agar selalu terlihat baik.
Jika memang hal itu masih bisa diperbincangkan dan bukan hal yang fatal. Kamu bisa kok belajar menerimanya dengan sepenuh hati. Sebab pada dasarnya, menikah itu memang legowo menerima pasangan apa adanya dan kamupun juga pasti mempunyai banyak kekurangan yang membuat pasanganmu sesekali jengkel.
Jadi ya sudahlah, bersabar dan legowo saja, saat menerima beberapa sifat atau sikap jelek pasangan. Sambil sesekali menuntun dan mengingatkan, juga diselingi nge-teh atau ngopi bersama biar pikiran tidak setress. Toh, jodoh itu juga saling melengkapi, bukan?
Menikah Itu Kelegowoan. Tenangkan Hatimu Dengan Kesabaran, Sekaligus Menangkan Hati Pasanganmu Dengan Ketulusan
Menikah bukan berarti kamu langsung bahagia, lepas dari berbagai masalah dan hidup dengan damai penuh ketenangan. Justru jika kamu tak bisa menenangkan diri, menikah bisa jadi sumber stress dan masalah baru, apalagi jika masalah itu muncul karena kamu tidak bisa menerima sepenuhnya pasanganmu.
Sehingga sebelum memutuskan menikah, belajarlah untuk menjadi legowo terlebih dahulu. Setelah menikah, saat tahu beberapa sifat buruk, sepele tapi tetap menjengkelkan, tetap tenangkan hati dengan penuh kesabaran.
Sekaligus, tunjukkan pada pasanganmu, menangkan hatinya dengan ketulusan yang kamu miliki. Percayalah, meskipun tak instan dan butuh waktu. Pasanganmu akan sadar dan berubah dengan sendirinya untuk menghargai dirimu.
Menikah Itu Kelegowoan. Perjuangan Untuk Saling Menerima, Berbagi, Melengkapi dan Membimbing Hingga Akhir.
Menikah itu adalah suatu perjuangan. Perjuangan untuk saling memberi, juga saling menerima satu sama lain. Pasti, ada banyak sifat atau sikap pasangan yang membuatmu jengkel dan kesel sendiri. Tapi jika kamu egois dan memaksakan pasangan untuk menjadi seperti yang kamu mau. Maka, sikap itu akan membuat hubungan menjadi tak nyaman dan retak.
Sehingga berjuanglah, berjuang dengan penuh kesabaran dan kelegowoan. Bicarakan dan komunikasikan secara baik-baik dengan pasangan beberapa hal yang kamu suka dan tidak suka darinya. Ingatkan terus, meski dia lagi-lagi lupa dan teledor. Sebab menikah itu juga membimbing satu sama lain untuk bisa menjadi lebih baik dan dewasa bersama.
Menikah Itu Kelegowoan. Jadi, Berhentilah Mengeluhkan Beberapa Sifat Asli Pasangan Setelah Menikah. Terimalah Dengan Ikhlas dan Jangan Pernah Menyesali Hadirnya.
Beberapa sifat buruk seperti pasangan yang teledor, tidak bisa memasak, kurang rapi dan bersih sesuai standar kamu, atau sikapnya yang gampang merajuk ketika ada masalah. Legowo sajalah menerimanya. Bombing sedikit demi sedikit dan komunikasikan secara baik.
Tidak perlu mengeluh atau menyesal atas pertemuan kamu dengan jodohmu. Sebab Allah Maha Mengetahui bahwa dialah yang memang terbaik. Lagipula, kamupun juga pasti punya kekurangan yang kamu sadari ataupun tidak.
Jadi daripada menghitung, mengeluh dan menjudge kekurangan pasangan. Lebih baik sama-sama berubah, sama-sama intropeksi, dan sama-sama berjuang untuk membangun rumah tangga yang samawa yang idamkan selama ini.