Kalau hati bisa terluka, lalu bagaimana cara menyembuhkannya? Benarkah setiap penyakit memiliki obat? Dan apakah setiap luka bisa disembuhkan? Lalu, bagaimana memahami hati manusia yang masih terasa sakit, padahal peristiwanya sudah jauh tertinggal di masa lampau?
Kebersamaan Bukan Hanya Menawarkan Kenyamanan. Ia Juga Mengandung Resiko yang Tak Terduga
Jika penyakit bisa dibuat, mungkin akan banyak yang meminta dibuatkan penyakit ‘amnesia sebagian’. Dengan dosis tertentu, seseorang berhak meminta apa saja dari sebagian dirinya untuk dilupakan.
Katakanlah yang dimaksud dengan apa itu adalah melupakan kejadian-kejadian menyakitkan yang pernah dirasa. Asal jangan minta untuk melupakan Tuhan. Barangkali cara itulah yang cukup optimal untuk menyembuhkan sakit hati. Menyembuhkan sakit dengan penyakit.
Kadang manusia suka lupa, kalau kebersamaan juga mengandung resiko. Ia bukan hanya menawarkan kenyamanan, kedekatan, kemudahan, keringanan atau semangat yang bertaburan.
Di sudut-sudut yang tak terduga, ia juga menyimpan perbedaan yang tak bisa dihindari, konflik yang nyata dan tersembunyi, yang sesekali bisa meledak begitu saja atau bahkan harus diledakkan agar menimbulkan kelegaan.\
Mungkin akan menyakitkan. Tapi bukankah sakit yang diketahui selalu lebih baik dari sakit yang tersembunyi? Setidaknya; kalau tahu sedang sakit, ada yang berusaha untuk mengobati.
Tak Perlu Memaksa Menghilangkan Ketidaksukaan, Lengkapi Saja Persediaan Maaf Agar Terkikis Dengan Ketenangan Hati
Hati punya bermacam sudut. Dan diantara sudut itu, ada satu sudut ketidaksukaan. Derajatnya berbeda satu sama lainnya. Sayangnya; kebersamaan tidak lantas otomatis menghilangkan sudut ketidaksukaan tersebut dari hati seseorang.
Barangkali kebersamaan harus dilihat dari dimensi lain. Bahwa, jauh sebelum fisik bersama dalam satu tempat, ada hal yang jauh lebih penting dan esensial untuk dilakukan terlebih dulu yaitu menyatukan masing-masing hati yang berserakan.
Tak perlu memaksa untuk menghilangkan sudut ketidaksukaan, karena suka dan tidak suka adalah bagian dari hak manusia. Pilihan masing-masing individu yang kurang etis untuk dipaksakan.
Tapi lengkapilah sudut ketidaksukaan itu dengan persediaan maaf yang sebanyak-banyaknya. Agar ketika orang lain menyentuh sudut ketidaksukaan itu, sudut itu akan terkikis sedikit demi sedikit dengan ketenang hati, tidak menancap di hati sendiri yang pada akhirnya hanya bisa menyakiti diri sendiri.
Dan untuk yang belum tahu; sebenarnya yang paling banyak menyakiti hati kita adalah diri kita sendiri. Pikiran dan perasaan kita. Bukan orang lain.
Terkadang, kita harus melepaskan sesuatu yang kita punya. Bukan karena kita tidak mampu untuk mempertahankannya. Tetapi karena bisa jadi, melepaskan jauh lebih melegakan daripada mempertahankan.
Betapa banyak orang mempertahankan sesuatu, tetapi hidupnya terbebani dengan apa yang dipertahankannya itu. Dan betapa banyak orang melepaskan sesuatu, malah ia mendapatkan lebih banyak dari apa yang ia lepaskannya itu.
Artikel ini terinspirasi dari buku Menata Hati karya Nazrul Anwar, dengan penyesuaian oleh penulis.