Setiap manusia mempunyai masa lalunya masing-masing, ada yang mempunyai masa lalu yang menyenangkan dan baik dan ada pula yang mempunyai masa lalu kelam dan penuh derita.
Begitu juga perihal cinta, kadang orang yang kita cinta dengan mati-matian nyatanya pergi meninggalkanmu, menyakitimu dan selalu saja memberi luka yang sangat perih.
Percayalah, setiap kejadian yang membuat hatimu terluka. Allah sangat mengetahui bahwa kamu sedih, kecewa tapi percayalah Allah sedang menyiapkan yang terbaik untukmu.
Dia telah menyiapkan suatu kejadian yang sangat indah pada waktunya yang mampu membuat kisah masa lalumu berlalu begitu saja dan kamu mempu melupakannya. Kamu pun mulai bahagia dengan mengukir kenangan yang baru bersama dia yang telah Allah tetapkan untuk membahagiakanmu.
Daftar Isi
- 1 Apapun yang Terjadi Jangan Sampai Membuat Semangatmu Redup, Yakinlah Kepergiannya Hanya Pintu Datangnya yang Lebih Baik
- 2 Allah Mungkin Menyuruhnya Pergi, Sebab Tahu Bukan Dia Orangnya yang Akan Membuatmu Bahagia Seutuhnya
- 3 Terimalah Keputusan Allah, Jika Kamu Percaya Dengan Kebaikan-Nya Pasti Seseorang yang Datang Jauh Lebih Baik
- 4 Jadilah Suami Istri yang Membawa Berkah Bukan Malapetaka
Apapun yang Terjadi Jangan Sampai Membuat Semangatmu Redup, Yakinlah Kepergiannya Hanya Pintu Datangnya yang Lebih Baik
Memang awalnya sangat berat untuk merelakannya yang telah kamu cintai dengan begitu tulus. Kepergiannya membuat semangat hidupmu semakin berkurang, kamu selalu meratapi nasib yang tak pernah berpihak dan menangasi kepergiannya yang pergi dengan meninggalkan kenangan yang pahit.
Biarkanlah dia sebagai menjadi masa lalumu yang bisa kamu jadikan sebagai pengalaman yang sangat berharga. Dan jangan sampai membuat semangatmu redup. Mulailah menata hati yang terlanjur patah, memantaskan diri dan meningkatkan kualitas diri. Sehingga kelak akan datang kepadamu orang yang berkualitas juga.
Allah Mungkin Menyuruhnya Pergi, Sebab Tahu Bukan Dia Orangnya yang Akan Membuatmu Bahagia Seutuhnya
Bila dia sudah pergi, sebenarnya itu merupakan suatu suratan takdir yang telah digariskan oleh Allah untuk hidup kita. Percayalah, bila dia pergi meninggalkanmu, berarti memang dia di suruh pergi oleh Allah karena memang dia bukanlah yang terbaik untukmu. Bisa jadi jika kalian tetap bersama, akan hanya ada luka dan kesedihan terus yang selalu menghampiri kalian.
Mungkin kamu berfikir, lantas buat apa kami dipertemukan jika pada akhirnya kami dipisahkan juga? Kamu mulai berpikir bahwa ini tak adil bagimu. Tapi percayalah, itulah jalan menuju kebahagiannmu yang sesungguhnya. Mungkin dengan merasakan pedihnya ditinggalkan dahulu, barulah akan datang orang-orang yang benar baik untukmu.
Terimalah Keputusan Allah, Jika Kamu Percaya Dengan Kebaikan-Nya Pasti Seseorang yang Datang Jauh Lebih Baik
Jadi jangan pernah meragukan semua keputusan yang telah Allah tetapkan untuk hidupmu. Jika kamu menerimanya denga ikhlas, kelak akan ada kejadian yang indah untukmu yang telah dipersiapkan oleh Allah. ****
Jadilah Suami Istri yang Membawa Berkah Bukan Malapetaka
“Ya Rasulullah,” ujar lelaki yang mendatangi Nabi hendak sampaikan keadaannya. “Aku mengalami paceklik.” Demikian kondisi si laki-laki yang tak disebut namanya dalam riwayat yang dirunut kevalidannya dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu.
Dengan roman sedih, Nabi pun menjawab, “Mereka (para istriku) pun tidak memiliki suatu makanan apa pun.” Karenanya, beliau pun mengumumkan kepada sahabat-sahabatnya yang mulia. “Siapa pun yang menjamu tamuku ini,” janji sang Nabi dengan amat pasti, “dia akan dirahmati Allah Ta’ala.”
Tanpa berpikir panjang, seorang laki-laki tampan nan gagah dari sahabat Anshar pun berdiri seraya menyahut, “Ya Rasulullah,” ujarnya, “aku sanggup menjamunya.”
Maka, sang tamu pun diajak ke rumahnya. Kala itu, hari sudah malam. Kepada istrinya, lelaki ini sampaikan perintah, “Di ruang tamu ada tamunya Rasulullah. Tolong suguhkan semua makanan yang kita miliki, wahai istriku sayang.”
Bukan hendak menolak, sang istri pun menyampaikan fakta terkait makanan di rumahnya, “Demi Allah, kita hanya memiliki makanan untuk si kecil.”
Seperti diilhami ide cemerlang yang lahir dari ketulusannya untuk memuliakan Rasulullah, sang suami pun berkata, “Jika demikian, rayulah anak kita supaya tidur ketika dia merasa lapar.” Selain itu, katanya sampaikan sebuah strategi tak biasa, “Jangan lupa, kita matikan lampu saat tamu Rasulullah ini hendak makan.”
“Biarlah malam ini,” pungkas sang suami dengan amat yakin, “kita lipat perut kita.”
Padahal, jika laki-laki surga dan istrinya ini menyampaikan kondisinya, insya Allah sang tamu Nabi yang mulia pun akan mau membagi makanannya. Tetapi, yang dilakukan ini menjadi bukti kecintaannya kepada Nabi dengan memuliakan tamu kekasihnya itu.
Keesokan harinya, lelaki surga dari kalangan Penolong Muhajirin ini pun mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau mengatakan kepada para sahabat, “(Semalam), Allah Ta’ala takjub kepada sepasang suami-istri.”
Sang baginda terkasih pun menyampaikan, lantaran amal mulia sepasang suami-istri tersebut, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, Allah Ta’ala menurunkan Firman-Nya di dalam surat al-Hasyr [59] ayat 9,
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshar) mencintai orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.”
Siapakah sepasang suami istri mulia ini? Mereka adalah Abu Thalhah al-Anshari dan Ummu Sulaim Radhiyallahu ‘anhuma. Dari pernikahan nan barakah ini, Allah Ta’ala kurniakan 9 anak yang semuanya menjadi ahlu al-Qur’an. Masyaa Allah.
SEMOGA BERMAMFAAT🙏 . Artikel ini merupakan status grup facebook Motivasi Hijrah Indonesia.