Bicara tentang hati pasti tak akan jauh dengan yang namanya cinta. Perasaan menggebu-gebu saat dia hadir di depan mataku. Menumbuhkan rasa yang sulit untuk diungkap tapi rumit jika terungkap.
Hadir begitu melekat dalam tubuh yang terkadang mungkin akan menyakiti diri. Meski hadir dan ingin rasanya memiliki, tapi aku sadar bukan hak dari insan ini. Sang Maha Penciptalah yang nanti menentukan akankah diriku untuk dirimu atau yang lain.
Jujur, aku tak mau juga terbelenggu dalam ketidakpastian. Yang sering aku do’akan hanya berharap yang terbaik dari-Nya. Aku juga tidak tahu bagaimana juga perasaanmu kepada wanita kecil tak berdaya ini. Kamu bukanlah milikku, tapi kamu adalah milik Sang Maha Kuasa.
Hatimu pun tak luput dari genggaman-Nya. Aku tak kuasa untuk memaksakan hati yang juga digenggam oleh Dia. Aku yakin, takdir-Nya lebih baik dari dugaanku. Ternyata, aku masih kecil untuk hal-hal serius. Pernikahan misalnya.
Allah, Dihadapan Takdirmu. Izinkahlah Hatiku Seluas-Luas Yang Tak Ada Batasnya.
Seumpama rinai yang berguguran menyapu tanah. Aku adalah manusia-Mu yang mesti tabah. Dari kesekian ujian yang dihadapkan, aku mesti kuat memeluk sempat dan nikmat. Segala apa yang tengah ku perbuat, aku tak meminta lebih asal Kau hadapkan pada takdir pilihan. Allaah, di hadapan takdir-Mu, izinkanlah hatiku seluas hal-hal yang tak ada batasnya.
Allaah, jadikan jemari ini adalah pena dalam segala hal baik yang Kau ridhai. Jadikanlah lisan ini adalah suara-suara yang mendengungkan segala kata baik yang Kau ridhai. Jadikanlah hati dengan napas beraroma pemerhati yang selalu taat dalam penjagaanmu nanti. Kapan pun dan dimana pun. Aku adalah hamba-Mu yang selalu memeluk segala kurang tanpa kehendak dan bantuan-Mu.
Sesejuk pagi ini, aku akan menjadi aroma embun yang menyapu wajah-wajah pecinta pagi. Dengan rapalan doa di waktu dhuha yang penuh arti. Di sana takdirmu menyapa dengan hati dan diri ini tetaplah manusia yang menerima dengan ikhlas hati. Namun, izinkanlah ikhtiar ini terus mengemudi menuju pencapaian dan impian berkabut iman. Terima kasih Allaah.
Menjemputmu Muslimah Terhormat, Engkau Kah?
Bait-bait lirih selalu terangkasa tak terlihat oleh netra namun, terasa oleh atma. Dentuman waktu menghunjam asa Sang Ratu yang tengah menunggu. Menunggu Sang Raja menjemput ke rumahnya. Meminta izin wali untuk membawanya berkelana mengelilingi dunia bersama bahteranya. Sang Ratu berparas anggun, berakhlak indah, maa syaa Allaah ciptaan sempurna Sang Pencipta. Wanita Sholehah itu adalah Sang Ratu.
Kemana Sang Raja? Dimana ia berada? Mengapa tak menjemput Ratunya? Ia bukan tak datang, justru dia sedang di perjalanan mengitari isi bumi, memantas menjadi diri, mencari Sang Ratu yang pantas ia bawa sampai syurga-Nya nanti. Ia pasti datang. Allaah lah yang akan membawanya langkah kakinya bertemu Sang Ratu.
Sang Ratu akan tetap percaya ia akan tiba, mungkin akan bersama rombongan keluarga sekali tiba. Entah siapakah nanti yang akan menjadi Rajanya. Ia akan tetap berusaha memantaskan dirinya.
Artikel ini merupakan kumpulan status dari instagarum @diarihidupkita, jangan lupa untuk follow untuk mendapatkan update terbaru.