Kamu tahu? Kasih sayang-Nya tidak selalu berupa apa-apa keinganan kamu yang terpenuhi. Tapi juga apa yang sangat kamu ingini, tapi sengaja tak Ia beri. Bukan, bukan karena Dia tak mampu. Dia Maha Kuasa atas segala.
Tapi karena bisa jadi, apa yang kamu ingini itu memang tidak baik buat kamu. Bukan yang terbaik buat kamu. [Kutipan Buku Menata Hati] Kalau jodoh harus dijemput, jangan pernah membuat orang yang kamu jemput itu menunggu. Jikapun terpaksa, tak perlu berlama-lama.
Karena dia akan sampai pada jodohnya, dengan atau tanpa kamu. Kalau memang dia adalah jodoh kamu, kamu akan membersamainya. Tapi jika dia bukan jodoh kamu, tolong jangan jadi penghalang baginya untuk menemukan jodoh yang lebih tepat daripada kamu.
Lakukan apa saja selama itu baik untuk mendapatkannya, tapi jangan pernah memintanya menunggu tanpa kepastian. Menunggu saja sudah melelahkan, apalagi ditambah dengan ketidakpastian. Tentu berkali-kali lebih melelahkan. [Kutipan Buku Genap]
Tolong Kuatkan Aku, Jangan Bikin Aku Ragu Lagi. Aku Ingin Menunjukkan Cinta yang Lebih Besar Daripada Ego yang Aku Punya.
Banyak hal dalam hidup yang kita lakukan karena keharusan. Bukan karena keinginan. Ada banyak orang yang melakukan pekerjaannya setiap hari karena harus, karena untuk menyambung hidup. Padahal pekerjaannya yang sekarang bukanlah pekerjaan yang diinginkannya.
Ada banyak karyawan yang terpaksa mengikuti apa kata bosnya karena harus, karena takut dipecat. Padahal apa yang dikatakannya bosnya itu tidak sesuai dengan hati nuraninya. Well, setiap orang punya ‘keharusan yang tidak sesuai dengan keinginan’ masing-masing.
Yang membedakan mungkin alasan kenapa keharusan itu harus diprioritaskan daripada keinginan. Ada yang melakukannya karena ketakutan, keterpaksaan, kondisi, atau mungkin; kedewasaan. [Kutipan Buku Genap3]
Kalau ingin menyampaikan sesuatu kepada perempuan, apalagi yang sifatnya sensitif, biasanya sangat tergantung bagaimana cara kita menyampaikan. Perempuan harus dibuat senang dulu, nyaman dulu dengan suasananya, baru deh, apa yang ingin kita sampaikan biasanya lebih mudah untuk diterima. Beda sama laki-laki yang sukanya to the point. Blak-blakan. [Kutipan Buku Genap2]
*****
Yang Lebih Parah Dari Sekadar Terjatuh Pada Maksiat Adalah Menganggap Remeh Perbuatan Maksiat
Diantara tipu daya setan dan pintu-pintu yang dijadikan oleh setan untuk menggoda manusia, yaitu perkara-perkara yang kita anggap remeh. Meremehkan suatu perbuatan, demikian pula meremehkan suatu dosa atau meremehkan sesuatu amalan, maka itu adalah perkara yang disukai oleh setan.
Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, sebagaimana dalam riwayat Imam Ahmad dalam musnadnya. Dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu:
“Sesungguhnya setan telah berputus asa untuk disembah di bumi kalian ini, akan tetapi ia senang dengan hal kecil yang kalian remehkan.” (HR. Ahmad)
Karena menganggap remeh adalah merupakan pintu seseorang untuk masuk kedalam berbagai macam keburukan.
Orang yang menganggap remeh maksiat, ia akan jatuh kepada maksiat. Orang yang menganggap remeh amal shalih, dia akan tinggalkan perbuatan amal shalih tersebut.
Berapa banyak perkara yang dianggap remeh oleh kita tapi ternyata itu di sisi Allah besar. Ternyata ketika kita menganggap remeh suatu perbuatan, padahal Allah murka kepadanya dan menjadikan kita binasa. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam hadits Imam Bukhari,
“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah murkai dalam keadaan tidak terpikirkan oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka kata tersebut berakibat sesuatu ternyata karenanya Allah melemparkannya ke dalam neraka Jahannam.” (HR. Bukhari)
“Janganlah pernah Engkau remehkan kebaikan sekecil apapun, walaupun hanya bermanis muka kepada saudaramu (sesama muslim) ketika bertemu.” (HR. Muslim)
Semoga kita lebih berhati-hati dan tidak menganggap remeh maksiat sekecil apapun. Tidak pula menganggap remeh amal agar selalu berusaha dalam istiqomah dan ketaqwaan.
Artikel ini merupakan stastu Facebook Motivasi Hijrah Indonesa, semoga bermanfaat.