Faktanya, di jaman sekarang, dimana tuntutan dan tekanan yang hadir silih berganti di tengah persaingan ketat, membuat hidup sulit untuk bersantai.
Sebab ada rasa khawatir, akan tertinggal dari orang lain, ada kecemasan jika tidak segera mencapai tujuan selama usia masih cukup produktif.
Padahal, sikap terburu-buru, kecemasan berlebihan dan overthinking dapat memberikan dampak buruk untuk kesehatan fisik dan mental.
Oleh sebab, yuk kenali filosofi Stoikisme. Jika kamu menerapkannya dalam hidupmu. Percayalah, meski ada banyak tekanan dan tuntutan setiap hari, kamu tetap bisa melewatinya dengan lebih santai, tenang dan bahagia.
Daftar Isi
- 1 Apa Itu Stoikisme?
- 2 Bagaimana Menerapkan Teori Stoikisme Dalam Kehidupan?
- 3 2. Belajar Ikhlas, Merelakan dan Menerima Kenyataan Dengan Penuh Rasa Syukur
- 4 3. Jangan Biarkan Emosi Negatif Mengendalikan mu
- 5 4. Memahami Bahwa Kebahagiaan Itu Bisa Hadir Dari Banyak Hal, Khususnya Diri Sendiri
- 6 5. Tidak Haus Validasi
- 7 6. Lebih Tulus Saat Membantu Siapapun
- 8 7. Optimis Pada Pencapaian, Tapi Juga Bersiap Untuk Hal Terburuk
Apa Itu Stoikisme?
Dikutip dari jurnal penelitian oleh Ria dkk, stoikisme adalah salah satu aliran filsafat yang mengajarkan seseorang untuk hidup bebas dari hasrat tidak terpengaruh oleh kebahagiaan atau kesedihan yang datang dari orang lain, serta tidak mengeluh tentang hal-hal yang tidak bisa dihindari.
Sedangkan menurut filsuf ternama seperti Salzegber, teori Stoikisme adalah pengajaran mengenai kebajikan dan berfokus kepada apa yang dapat dikontrol sendiri demi membawa manusia mendapatkan kebahagiaan.
Kesimpulannya dapat dikatakan bahwa Stoikisme adalah ajaran untuk membimbing manusia memiliki sesuatu yang dapat dikontrol dan yang tidak dapat dikontrol. Sehingga mempunyai kebijaksanaan, keadilan dan kontrol diri yang baik.
Dengan memiliki kemampuan mengontrol diri yang baik, maka siapapun akan mudah mengendalikan dirinya, baik dari stress dan tertekan. Selain itu, dia bisa mengambil keputusan yang lebih bijak, serta lebih bahagia dan puas dalam menjalani hidup.
Bagaimana Menerapkan Teori Stoikisme Dalam Kehidupan?
Ada 7 cara yang dapat dilakukan jika ingin menerapkan teori dalam kehidupan sehari-hari. Apa saja itu? Yuk simak selengkapnya!
1. Fokus Pada Apa Yang Bisa Dikendalikan
Sebagaimana makna dari teori Stoikisme adalah mampu untuk mengontrol apa yang bisa dikontrol dan lepaskan apa yang tidak.
Sebab realitasnya, tidak semua hal bisa kita kontrol. Misalnya seperti reaksi atau komentar orang lain pada hidup kita.
Misal ketika mendapatkan komentar buruk dari seseorang, kamu tidak bisa mengontrol atau mengharapkan dirinya untuk tidak mencemoohmu. Yang bisa kamu lakukan adalah mengendalikan diri dengan cuek, tidak peduli dan fokus pada mimpi yang sedang kamu bangun. Bagaimana kamu merespon komentar buruk itu akan berpengaruh pada dirimu sendiri. Karenanya, pastikan memiliki kontrol diri yang baik supaya tidak terjebak dan semakin merugi.
Nah, hal-hal yang bisa kamu kontrol dan mendapatkan sepenuhnya fokus adalah usaha, keputusan dan langkah apa saja yang akan kamu ambil.
Dengan fokus pada apa yang bisa kamu kendalikan, kamu bisa menghemat waktu, tenaga, pikiran dan biaya pada hal-hal yang jauh lebih penting.
2. Belajar Ikhlas, Merelakan dan Menerima Kenyataan Dengan Penuh Rasa Syukur
Faktanya merelakan dan ikhlas bukanlah hal yang mudah. Tapi, bukan berarti tidak bisa. Apalagi kamu menyadari bahwa itu untuk kebaikan dirimu juga masa depanmu.
Ada beberapa hal yang memang harus direlakan karena memang tidak bisa diubah, seperti masa lalu, kegagalan dan hal lainnya. Jika kamu bisa mengendalikan diri dan terus berusaha move on. Maka kamu akan merasa lebih bahagia dan bersyukur.
Selain itu, cobalah untuk menerima dan mensyukuri kenyataan yang ada, juga apa yang kamu miliki sekarang. Supaya hidup yang kamu jalani terasa lebih bermakna, tidak hampa dan membantumu menemukan tujuan hidup.
3. Jangan Biarkan Emosi Negatif Mengendalikan mu
Kontrol diri atau teori Stoikisme, juga diterapkan untuk mencegah Emosi egatif mempengaruhi dirimu.
Hal negatif seperti perasaan marah, takut, sedih, malas, overthinking, dan pikiran pikiran negatif yang membuat dirimu tidak bisa fokus juga semakin tertekan.
Kontrol diri disini, adalah dimana kamu sadar bahwa memiliki perasaan tersebut tidak akan membawa kebaikan untuk diri sendiri, justru bisa merugikan.
Selain itu, dengan memiliki pengendalian emosi yang baik, nantinya kamu akan mampu berpikir dulu sebelum bertindak, tidak terburu-buru mengambil keputusan atau mengambil keputusan dalam keadaan emosional. Sehingga solusi bisa didapatkan, bukan justru semakin memperburuk keadaan.
4. Memahami Bahwa Kebahagiaan Itu Bisa Hadir Dari Banyak Hal, Khususnya Diri Sendiri
Teori Stoikisme juga mengontrol diri dari menaruh ekspektasi terlalu tinggi pada diri sendiri maupun orang lain. Sehingga kamu tidak akan memaksakan diri sendiri ataupun orang lain, sampai tidak sadar bisa melukai dirinya.
Kamu akan diajak belajar memahami bahwa kebahagiaan bisa hadir dari mana saja, termasuk dari sesuatu yang paling sederhana. Dan momen kebahagiaan, sebenarnya bisa diciptakan sendiri, bukan terus dengan bergantung/berharap pada orang lain.
5. Tidak Haus Validasi
Di jaman sekarang, banyak orang yang tanpa sadar menunjukkan ketidak kepercayaan diri dengan terus mencari validasi dari orang lain. Padahal sikap ini, justru membuat kamu sulit bahagia, penuh kecemasan dan stress.
Untuk itu, teori Stoikisme juga membantu agar kamu bisa mengontrol diri untuk tidak berharap pada validasi orang lain. Jangan merasa takut pada komentar ataupun penilaian seseorang. Kamu hidup untuk kebahagiaan dan kepuasan mu, serta punya tujuan yang harus diraih. Jadi, tidak perlu merasa harus memenuhi ekspektasi semua orang untuk mendapatkan validasi mereka.
6. Lebih Tulus Saat Membantu Siapapun
Sebenarnya kamu akan lebih bahagia dan puas, ketika melakukan sesuatu dengan lebih tulus. Baik itu dalam bekerja maupun dalam hubungan sosial.
Dalam Stoikisme, konsep virtue atau kebajikan adalah hal yang paling penting. Artinya, menjadi orang baik bukan karena ingin mendapatkan pujian atau imbalan, tetapi karena itu adalah hal yang benar untuk dilakukan.
Dengan begitu, kamu bisa hidup penuh dengan rasa syukur, dan menikmati hidup dengan tulus. Sehingga bukan hanya mendapatkan hasil terbaik, tapi juga belajar serta menikmati proses hidup.
7. Optimis Pada Pencapaian, Tapi Juga Bersiap Untuk Hal Terburuk
Mempersiapkan diri pada kemungkinan terburuk juga termasuk teori Stoikisme.
Dalam, Stoikisme ada istilah premeditatio malorum, yaitu membayangkan kemungkinan terburuk agar kita lebih siap menghadapi kenyataan. Tujuannya bukan untuk pesimis, tetapi agar tidak mudah panik atau kecewa.
Sehingga meski kamu tetap optimis akan berhasil, tetap ada planning atau persiapan darurat, jika mengalami kegagalan. Jadi, semua hal masih bisa dikontrol dan segera mendapatkan solusi terbaik