Layaknya sebuah halte bis, memang selalu disinggahi oleh berbagai macam bis dengan berbagai macam rute atau tujuan. Pilihan ada ditanganmu. Bis mana yang akan engkau naiki dan kearah mana bis itu nantinya akan membawamu.
Tapi perihal hati, kau tak bisa menyamakannya layaknya halte yang selalu disinggahi oleh bis-bis itu. Kau tak bisa datang dan pergi sesuka hati. Kau tak bisa menjadikannya mainan. Dan kau tak bisa menemuinya hanya saat kau butuh kenyamanan atau teman.
Aku sudah cukup merasakan semuanya. Kesabaranku telah habis untukmu. Waktuku sudah banyak terbuang hanya untuk meladeni permainanmu itu. Kau. Kau yang tak pernah benar-benar serius terhadapku. Kau yang selalu saja menjadikan hatiku sebagai persinggahan sesaatmu. Setelah itu engkau pergi, dan kembali lagi sesuka hatimu.
Kini kau tak lagi bisa mempermainkan hatiku. Sebab hatiku bukan tempat persinggahanmu
Dulu mungkin kau memang dengan mudahnya datang dan pergi. Seenaknya singgah, lalu pergi lagi sesuka hati. Kini, kau tak lagi bisa melakukan hal itu.
Sebab kini aku telah sadar. Sebab kini aku sudah paham bahwa kau tak pernah benar-benar ingin mengisi hatiku. Jika nanti engkau kembali singgah, maaf. Hatiku tak akan lagi dapat engkau singgahi.
Aku sarankan sebaiknya kepergianmu saat ini jangan pernah kembali lagi. Sebab nanti ketika kau kembali, aku tak akan lagi engkau dapati. Sebab nanti saat engkau kembali, kondisinya tak akan lagi seperti yang engkau ingini. Sebab hatiku tak bisa lagi dengan mudahnya untuk kau singgahi. Jadi jangan pernah datang lagi kesini.
Cukuplah ini aku saja yang merasakan. Jangan kau ulangi dan kau lakukan kepada orang lain
Biarlah perbuatanmu ini aku saja yang merasakannya. Kedepan, jangan kau lakukan lagi kepada orang lain. Cukup aku saja yang merasakan sakitnya disinggahi hanya sesaat. Cukup aku saja yang kau jadikan permainan. Jangan sampai ada orang lain yang menjadi korban perbuatan burukmu itu. Jangan sampai ada yang tersakiti oleh kelakuanmu itu.
Aku tak ingin image buruk melekat pada dirimu. Aku tak ingin sampai kau dianggap macam-macam. Biarlah apa yang aku rasakan ini aku pendam dan simpan sendirian.
Biarlah apa yang kau lakukan ini menjadi pengalaman bagiku yang tak perlu aku umbar dan ceritakan kepada siapapun. Sebab tak ada gunanya bagiku untuk mengumbar keburukan orang lain. Dan belum tentu juga nantinya orang-orang akan percaya dengan apa yang aku katakan tentangmu.
Jadi biarlah nanti jika engkau dekat dengan seseorang, biarlah ia yang akan menilai bagaimana sifatmu itu. Aku hanya bisa berharap, kelak nanti engkau didekatkan dengan seseorang itu, engkau lebih bisa menjaga dan menghargainya.
Dan aku pun berharap agar sifat burukmu itu perlahan mulai meghilang dari dirimu. Sebab kau harus tahu bagaimana rasanya disinggahi dan kemudian ditinggal pergi.