Kilauan uang yang datang tiba-tiba selalu tampak mempesona, tetapi di balik setiap lembar rupiah yang bertambah, ada harga yang tak ternilai yang harus dibayar. Inilah yang dialami oleh Tata, seorang perempuan yang memilih jalan pintas pesugihan untuk meraih kekayaan, namun akhirnya harus kehilangan dua cinta sejatinya dan nyaris kehilangan nyawanya sendiri.
Kisah kelam ini berawal dari Gunung Bolo, tempat di mana Tata menjalin perjanjian terlarang dengan entitas yang disebut Nyi Roro Kembang Sore.
Ritual Jumat Pon dan Harga Sebuah Kelalaian

Tata menikmati kemewahan yang datang dari pesugihan. Setiap bulan, pada hari keramat Jumat Pon, ia wajib melakukan ritual persembahan yang ekstrem, termasuk memakan daging ayam cemani mentah dan meminum darahnya di atas gunung. Konsekuensinya: uang di brankas tersembunyi terus bertambah.
Namun, rahasia ini ia sembunyikan rapat-rapat, bahkan dari suaminya, Rama, seorang musisi yang ia cintai. Tata selalu beralasan pergi ke Cirebon untuk menjenguk ibunya.
Puncaknya terjadi ketika Tata kelelahan dan bangun kesiangan, melalaikan kewajibannya untuk sesajen. Malam itu, kengerian menjadi kenyataan.
“Aku nggak boleh sampai kelewat lagi nih,” batinnya. Namun, takdir sudah menjemput. Sore menjelang magrib, Rama mengalami kecelakaan hebat yang merenggut nyawanya, menjadi tumbal pertama dari janji yang terlanggar.
Kehilangan Bertubi dan Kesehatan yang Terkikis
Kepergian Rama menghancurkan Tata. Meskipun menikah lagi dengan Mas Yuda dan mencoba membangun hidup normal, bayangan janji pesugihan terus menghantuinya.
Setelah kehilangan anak dalam kandungan (keguguran di usia 5 bulan), yang diyakininya sebagai tumbal kedua, kesehatan Tata mulai menurun drastis. Ia didiagnosis menderita GERD parah, rambutnya rontok parah, dan tubuhnya kurus kering—tanda-tanda klasik bahwa perjanjiannya sedang mendekati akhir.
Tak lama kemudian, Tata kembali gagal menunaikan sesajen karena harus dirawat di rumah sakit. Hanya berselang beberapa jam setelah waktu ritual terlewat, Mas Yuda ditemukan meninggal akibat jatuh di kamar mandi. Tata harus menerima kenyataan pahit: dua suami yang dicintai telah menjadi jaminan dari harta yang ia buru.
Pertolongan dari Alam Lain dan Akhir yang Menghangatkan
Kondisi Tata kian kritis, ia koma. Dalam batas antara hidup dan mati, ia mengalami mimpi mengerikan, melihat siksaan di alam lain. Tiba-tiba, muncul sosok anak kecil—arwah dari janin yang pernah ia gugurkan.
“Mama, Mama harus janji Mama harus tobat, enggak boleh ya bikin perjanjian sama makhluk rendahan lagi.”
Sang anak datang bukan untuk menuntut, melainkan untuk menolong ibunya.
Tata terbangun di rumah sakit, dikelilingi oleh sekelompok ustazah dan seorang ustaz yang sedang mendoakannya. Berkat doa yang tulus, dan ikhtiar taufik dari Tuhan, perjanjian pesugihan itu berhasil diputus. Seluruh aset kekayaannya lenyap dalam sekejap—uang habis untuk biaya pengobatan dan rumahnya terbakar, seolah alam membersihkan jejak kesyirikan.
Kini, Tata memulai babak baru. Ia telah kehilangan harta, tetapi mendapatkan kembali ketenangan jiwa dan kesempatan untuk hidup bersama putri satu-satunya. Kisahnya menjadi pengingat mengerikan: tidak ada kekayaan yang sebanding dengan nyawa dan keutuhan keluarga.
Kamu juga bisa membaca artikel menarik kami lainnya seperti Terjebak di Senja Abadi: Kisah Nyata Pemancing Belut yang Diculik Jin Siluman Kebun Sawit!