Di tengah hingar bingar media sosial dan tuntutan untuk selalu “sukses”, banyak dari kita yang merasa lelah. Kita berlomba menampilkan hidup terbaik, mengejar validasi, dan sibuk membandingkan pencapaian. Namun, di balik semua sorotan itu, ada satu rahasia yang tersembunyi: Ketenangan sejati tidak ditemukan di atas panggung, melainkan dalam kesederhanaan.
Video dari kanal Bersama Tumbuh menguak fakta yang sering terlupakan: Orang-orang yang memilih hidup tanpa drama—yang tidak sibuk mencari pengakuan dan tidak tergila-gila dengan sorak-sorai—justru seringkali memiliki hati yang paling lapang, kuat, dan bahagia.
Mengapa demikian? Karena mereka memilih Ketenangan sebagai Pilihan Tertinggi, dan bukan sebagai pilihan terakhir.
Daftar Isi
Tiga Drama yang Mencuri Kebahagiaan Anda

Untuk mencapai ketenangan, kita harus mengenali dan mengakhiri tiga “drama” yang paling sering menguras energi batin kita:
1. Drama Sosial: Jebakan Validasi yang Melelahkan
Saat ini, kita merasa baru “hidup” jika ada yang melihat, memuji, atau mengomentari. Ketergantungan pada tepuk tangan orang lain membuat kita terjebak dalam pencarian validasi yang tidak pernah cukup—ibarat minum air laut, semakin diminum semakin haus.
Kunci Pelepasan: Berhentilah sibuk terlihat dan mulailah sibuk benar-benar hidup. Lakukan kebaikan, bekerja keras, dan nikmati momen tanpa perlu saksi. Ketenangan muncul ketika hidup dipimpin oleh nilai diri sendiri, bukan pendapat orang lain.
2. Drama Ambisi: Mengejar Garis Finis yang Terus Mundur

Sejak kecil kita didorong untuk menjadi yang paling berhasil. Kita bekerja keras demi gaya hidup yang bahkan tidak kita nikmati, membeli barang untuk pamer, dan memaksakan diri tampil kuat padahal hati nyaris runtuh.
Kunci Pelepasan: Pelan-pelanlah. Tanyakan pada diri sendiri: “Untuk siapa semua ini aku lakukan?” Sukses materi itu penting, tetapi jangan biarkan harta memimpin hidup. Lebih baik berjalan pelan namun bahagia, daripada berlari kencang tapi penuh luka. Fokus pada apa yang benar-benar bermakna, bukan pada timeline pencapaian orang lain.
3. Drama Batin: Perang di Dalam Kepala Sendiri
Ini adalah drama yang paling bising: Overthinking, cemas berlebihan, dan terlalu keras pada diri sendiri. Kita menuntut kesempurnaan, memperbesar kesalahan kecil, dan mengabaikan kebaikan yang sudah dilakukan.
Kunci Pelepasan: Belajarlah memaafkan diri lebih cepat. Sadari bahwa kesalahan adalah bagian dari proses menjadi manusia. Hentikan tuntutan kesempurnaan dan katakan pada diri sendiri: “Aku cukup. Aku berharga. Aku sudah berusaha.” Saat kita berhenti berperang dengan diri sendiri, dunia tiba-tiba terasa jauh lebih aman dan damai.
Ketenangan: Keterampilan yang Bisa Dilatih

Hidup sederhana bukanlah bentuk keterbatasan, melainkan pilihan sadar untuk menjalani hidup dengan lebih jujur, tenang, dan bermakna. Ketenangan sejati adalah keterampilan yang dapat dilatih dengan kebiasaan batin sederhana:
Berani Berkata “Tidak”: Jaga batasan dan jangan merasa harus menerima setiap ajakan atau menanggapi setiap drama yang bukan urusan Anda.
Fokus pada Rasa Cukup (Syukur): Alihkan fokus dari apa yang belum dimiliki ke hal-hal kecil yang sudah ada. Secangkir kopi hangat, tawa keluarga, atau jalan-jalan di taman bisa menjadi sumber kebahagiaan terbesar.\
Bersahabat dengan Kesendirian: Luangkan waktu untuk diri sendiri (self-care). Saat tidak banyak distraksi, Anda akan lebih mengenal dan menghargai diri Anda.
Hadir Sepenuhnya (Mindfulness): Lakukan satu hal pada satu waktu. Ketika makan, nikmati makanannya. Ketika beristirahat, biarkan tubuh dan pikiran tenang. Hindari membiarkan tubuh di sini, tetapi pikiran ke mana-mana.
Kelola Ekspektasi: Terima bahwa tidak semua hal akan berjalan sesuai rencana. Fokus pada apa yang bisa Anda kendalikan (respon Anda), dan lepaskan apa yang tidak bisa Anda ubah.
Intinya: Kebahagiaan sejati tidak membutuhkan lampu sorot. Ketenangan adalah kemewahan terbesar, dan ia hanya dimiliki oleh mereka yang telah selesai dengan drama kehidupan.
Kamu juga bisa membaca artikel menarik kami lainnya seperti “Gengsi Gak Nambah Duit!” Pelajaran Keuangan Anti-Mainstream dari Annisa Steviani
Response (1)