Olret.id – Dalam episode terbaru siniar (podcast) SUARA BERKELAS, kreator konten positif Fardiandi membuka diri tentang sisi gelap di balik persona optimis yang ia tampilkan di media sosial. Obrolan mendalam ini memberikan perspektif baru tentang bagaimana menghadapi ekspektasi, membangun disiplin, dan pentingnya memilih lingkaran pertemanan.
Jika hidup Anda sedang terasa berat, inilah beberapa pelajaran kunci yang dapat meringankan beban Anda:
Daftar Isi
- 1 1. Beban di Balik Konten Positif: Memilih untuk Menyaring Realita
- 2 2. Disiplin Mengalahkan Motivasi: Lakukan Dulu, Rasakan Kemudian
- 3 3. Jaga Energi Diri: Tidak Semua Orang Perlu Ada di Lingkaran Anda
- 4 4. Titik Nol Adalah Bahan Bakar: Kekuatan The Power of Kepepet
- 5 5. Jangan Bandingkan Panggung Orang Lain dengan Belakang Layar Anda
1. Beban di Balik Konten Positif: Memilih untuk Menyaring Realita

Fardiandi memulai dengan jujur mengakui adanya beban berat ketika membuat konten yang serba positif. Publik memiliki ekspektasi bahwa ia selalu bijak dan tanpa cela di dunia nyata.
“Konten positif tidak berarti seseorang positif seutuhnya,” jelas Fardiandi.
Ia memilih media sosialnya sebagai alat untuk menyebarkan kepositifan (spreading positivity), dan ia memiliki hak untuk tidak membagikan setiap fase sedih atau galaunya. Pelajaran terbesarnya adalah: tidak masalah jika Anda memilih untuk hanya menunjukkan sisi terbaik dari diri Anda di ruang publik, asalkan Anda menerima bahwa di balik layar, semua orang berjuang.
2. Disiplin Mengalahkan Motivasi: Lakukan Dulu, Rasakan Kemudian

Banyak orang salah mengira bahwa harus ada motivasi dulu baru beraksi. Fardiandi membantahnya dengan tegas, terutama dalam hal membangun kebiasaan:
“Motivasi itu datang setelah beraksi. Daripada menunggu motivasi untuk lari pagi, lebih baik Anda lari pagi dulu, baru motivasi itu menyusul.”
Inti dari perubahan terletak pada disiplin—memaksa diri untuk memulai. Kunci awalnya sangat sederhana: Anda hanya perlu hadir. Hadirlah di tempat gym, hadirlah di depan laptop untuk menulis, dan energi serta motivasi akan datang sendiri seiring Anda menjadi bagian dari proses tersebut.
3. Jaga Energi Diri: Tidak Semua Orang Perlu Ada di Lingkaran Anda

Pelajaran penting lainnya adalah mengelola lingkungan dan pertemanan. Fardiandi menerapkan sistem perlindungan diri di media sosial:
Filter Lingkungan: Ia memilih untuk me-mute konten teman-teman yang sudah tidak relevan tanpa perlu unfollow. Tujuannya bukan memutus hubungan, tetapi menjaga asupan energi dan kesehatan mental agar tidak terkonsumsi hal-hal negatif.
Wajar Berbeda Goals: Wajar jika teman-teman lama tidak lagi sejalan, karena setiap orang berubah dan memiliki tujuan hidup yang berbeda. Itu bukan berarti ada yang salah, itu hanya bagian dari proses pertumbuhan.
Cara Cut Off Introvert: Sebagai seorang introvert, ia memilih untuk “pergi diam-diam” dari hubungan yang toxic. Daripada terus-menerus mencoba mengubah orang lain yang tidak sadar dirinya toxic, lebih baik mundur perlahan dan fokus pada pertumbuhan diri sendiri.
4. Titik Nol Adalah Bahan Bakar: Kekuatan The Power of Kepepet

Fardiandi mengungkap bahwa ia memulai segalanya bukan karena inspirasi, melainkan karena tuntutan hidup—yang ia sebut The Power of Kepepet. Perjuangan dan titik terendah (seperti perceraian orang tua di usia muda yang memaksanya merantau dengan bekal terbatas) adalah bahan bakar utamanya.
“Aku berjuang karena tuntutan hidup. Kalau aku enggak fight, aku mati,” katanya.
Pengalaman ini mengajarkan tentang nilai diri yang sejati: Isi dompet hari ini tidak mewakili nilai diri Anda. Bahkan ketika Anda sedang down dan tidak memiliki apa-apa, Anda harus tetap mempercayai diri sendiri (Trust Yourself).
5. Jangan Bandingkan Panggung Orang Lain dengan Belakang Layar Anda
Terakhir, ia menegaskan kembali tentang fenomena perbandingan (comparison). Perasaan membandingkan diri itu normal dan tidak akan pernah hilang.
Kuncinya adalah menerima perasaan tersebut, lalu segera mengalihkannya menjadi coping mechanism yang sehat (menulis, olahraga, atau membaca). Ingatlah selalu: Anda membandingkan panggung (the stage) mereka dengan belakang layar (behind the scene) Anda.
Fokuslah pada perbaikan diri sendiri—Me Versus Better Me—dan pahami bahwa jika Anda merasa bingung atau belum yakin di usia 20-an, itu tidak apa-apa. Teruslah berjalan, dan proses yang sedang Anda lalui hari ini akan mempertemukan Anda dengan mimpi-mimpi yang Anda perjuangkan.
Kamu juga bisa membaca artikel menarik kami lainnya seperti Jurus Jitu Melindungi Uang Anda dari Inflasi dan Pajak!
Response (1)