Untukmu yang sedang kuyakini merupakan pilihan terbaik dalam hidupku. Namun, disisi lain kamu tak pernah bisa memberikan kepastian dalam hubungan ini. Untukmu yang selalu memberikan kenyamana dan perhatian. Namun, membuatku selalu bingung dan serasa bertepuk sebelah tangan soal hubungan yang kita jalin bersama.
Aku tidak ingin memaksamu untuk tetap selalu berada di sisi, jika memang kamu tak mau melakukannya. Aku sadar, kamu pasti punya perasaan sendiri, ambisi dan hal yang ingin kamu gapai. Sehingga, aku tidak ingin menjadi penghalang untuk itu semua.
Meski, aku memang sudah merasa nyaman denganmu., Tapi, daripada melihat hubungan ini seolah hanya terombang ambing dalam ketidak pastian. Kenangan kita hanya akan menjadi luka nantinya. Aku rasa lebih baik untuk melepaskanmu. Pergilah, jika memang kamu ingin pergi. Sesulit apapun itu, aku akan tetap belajar untuk ikhlas. Belajar menerima, bahwa mungkin, kamu memang bukan orang yang terbaik dalam hidupku.
Daftar Isi
- 1 Jangan Lagi Memberi Harapan Dan Pembenaran. Aku Sedang Belajar Untuk Menjadi Sosok Yang Tidak Egois Dalam Kisah Ini. Sehingga Kuharap Kamu Pun Juga Bisa Lebih Jujur Pada Perasaanmu
- 2 Sadarilah, Kita Hanya Manusia Biasa, Tak Tahu Bagaimana Masa Depan Nanti dan Tak Bisa Memaksakan Keadaan Seperti Yang Kita Mau atau Inginkan.
- 3 Apalagi Sejak Awal Aku Merasa, Hanya Aku Yang Sedang Jatuh Cinta Sendirian. Semua Perjuangan Yang Selalu Aku Upayakan Ternyata Masih Belum Mampu Menjadikan Diriku Seorang Yang Spesial Di Hatimu
- 4 Jadi Sekarang, Waktunya Untukku Menyadari Semua Hal. Sadar Bahwa Aku Tidak Akan Pernah Bisa Memaksakan Keadaan, Juga Perasaan. Sakit Itu Memang Lebih Baik Kurasakan Sekarang. Daripada,Nanti dan Nanti.
Jangan Lagi Memberi Harapan Dan Pembenaran. Aku Sedang Belajar Untuk Menjadi Sosok Yang Tidak Egois Dalam Kisah Ini. Sehingga Kuharap Kamu Pun Juga Bisa Lebih Jujur Pada Perasaanmu

Aku sudah berharap berulang kali pada dirimu. Namun, semakin lama kita berjalan tanpa kepastian, semakin lama hubungan ini tak punya kejelasan. Tak bisa kupungkiri ada pertanyaan yang bergelayut dalam hati. Seriuskah kamu denganku? Seberapa persen kemungkinan kisah kita akan berakhir dengan luka atau keberhasilan nantinya?
Di saat aku sudah menggantungkan harapan. Saat pikiranku sudah terpenuhi dengan kenekatan dan khayalan masa depan. Justru kamu tak begitu serius menanggapinya. Justru kamu memintaku untuk menunggu lagi dan lagi. Seolah, kamulah penentu masa depan nanti. Seolah kamu penentu takdir hidupku dan seolah menunggumu adalah jalan hidupku untuk selamanya.
Sadar tidakkah dirimu, jika permintaanmu itu begitu egois? Kamu sangat egois. Melakukan pembenaran dan memberikan harapan. Sehingga membuatku merasa aman dan tak mungkin tergantikan. Kamu begitu egois, dengan tidak jujur pada perasaanmu, sehingga berakhir dengan mempermainkan diriku.
Kamu lebih memilih menipuku dalam waktu yang lama dan menyesakkan, daripada secara jelas jujur di di awal hubungan. Saat aku sudah berusaha untuk tidak menjadi egois dengan berhenti mempertahankan yang tidak pasti. Kamu justru menjeratku dalam harapan dan perhatian yang semu.
Sadarilah, Kita Hanya Manusia Biasa, Tak Tahu Bagaimana Masa Depan Nanti dan Tak Bisa Memaksakan Keadaan Seperti Yang Kita Mau atau Inginkan.

Dunia ini abu-abu, tak ada yang tahu bagaimana hari esok akan terjadi dan siapa yang akan selamanya menempati isi hati. Saat kamu akhirnya memilih menjalin hubungan dengan ketidakpastian dan kejelasan.
Kamu masih ragu pada hubungan dan masa depan nanti. Maka akupun juga akan mundur secara perlahan-lahan. Tak lagi memaksakan keadaan harus seperti yang aku mau. Tak lagi memintamu untuk menjadi yang seperti yang aku impikan.
Dirimu dan perasaanmu, sepenuhnya adalah milikmu dan Tuhan. Aku sama sekali tak memiliki hak untuk mendominasinya, apalagi dalam hubungan yang tidak jelas seperti sekarang. Sehingga, jika memang kamu merasa belum siap.
Masih banyak hal yang ingin kamu raih. Maka, aku juga akan pergi dengan kesiapan dan mimpi-mimpiku yang tadinya sempat kutinggalkan. Raihlah, apa yang ingin kamu inginkan. Kejarlah apa yang kamu mau. Dan untuk diriku, Pasti, akan aku usahakan untuk bisa melepasmu dengan sepenuh hati dan mengikhlaskannya.
Apalagi Sejak Awal Aku Merasa, Hanya Aku Yang Sedang Jatuh Cinta Sendirian. Semua Perjuangan Yang Selalu Aku Upayakan Ternyata Masih Belum Mampu Menjadikan Diriku Seorang Yang Spesial Di Hatimu

Jujur saja, aku lelah. Semua alasan yang dulu membuatku begitu semangat dan menggebu untuk mendapatkan hatimu. Kini, semuanya telah terhantam dengan kenyataan. Kenyataan, bahwa kamu memang tak pernah menjadikanku seseorang yang special di hatimu. Kenyataan bahwa semua yang kulakukan selama ini, ternyata hanya merugikanku sendiri.
Jika kamu masih ada di sisi, itu bukan karena kamu peduli. Tapi, hanya sebagai pembalasan sebab menurutmu aku begitu baik, juga begitu bodoh. Sejak awal aku memang yang jatuh cinta sendirian. Sejak awal, aku sendiri yang selalu memposisikan perasaanku sebagai yang special di hatimu.
Padahal, sampai ini semua berakhir pun, kamu sama sekali tak pernah benar benar memandangku. Tak pernah benar-benar menerimaku apa adanya. Kamu hanya sedikit takut aku pergi, sebab sedikit banyak aku juga memberikan kenyamanan. Meski, bukan prioritas utamamu.
Jadi Sekarang, Waktunya Untukku Menyadari Semua Hal. Sadar Bahwa Aku Tidak Akan Pernah Bisa Memaksakan Keadaan, Juga Perasaan. Sakit Itu Memang Lebih Baik Kurasakan Sekarang. Daripada,Nanti dan Nanti.

Aku akan tetap menghargai setiap momen yang kita lalui bersama. Aku pun cukup berbangga diri, sebab pernah memperjuangkan seseorang dengan tulus sepenuh hati. Semua yang telah terjadi di antara kita, memang harus terjadi dan bukan lagi waktunya disesali. Semua kesalahan di masa lalu haruslah segera diperbaiki hari ini.
Tuhan mempertemukan dua insan, memang tak selalu untuk dipersatukan. Dan pastinya ada banyak hal yang kudapatkan saat bersamamu, yang mungkin tidak akan bisa kudapatkan, jika bersama orang lain.
Percayalah! Dalam lubuk hati, sedikit banyak aku mensyukurinya pertemuan itu, bahkan luka itu kini. Aku juga mendoakan, semoga kamu mendapatkan yang lebih baik, menggapai apa yang sebenarnya kamu inginkan, sampai harus mempermainkan hatiku dulu.
Aku sungguh melepaskanmu dengan ikhlas, tak lagi berpikir untuk menunggumu di titik yang sama lagi. Namun, mulai melangkah dan menapaki kehidupan baru yang Tuhan sediakan untukku. Selamat tinggal untukmu, juga semua kenangan yang telah terlewati bersamamu.