Bersamamu menjadi sebuah kebiasaan baru. Kadangkala aku menanti waktu untuk mengunjungimu, memastikanmu bahwa kamu begitu baik-baik saja hari itu.
Walau ku tahu, kamu telah melewati hari berat tatkala tak bersamaku. Bertemu denganmu seperti sebuah mimpi menjadi nyata. Aku tak pernah merencakannya. Bahkan, berharap hadirmu datang dalam mimpi pun rasanya tidak. Aku terlalu lelah. Tak ingin lagi luka lama menghantui setelah sekian lama berjuang sendiri.
Lalu, bertemu denganmu. Walau tak serta merta membuatku terbuka segalanya tentangmu, tapi kutemukan damai dan bahagia disitu. Pada hal-hal sederhana yang kita lewati bersama
Pada setiap cerita yang kita ukir sejak perkenalan pertama. Atau bahkan, pada hembusan angin malam, ramainya bintang di langit, dan kita yang tak sedang bersama namun tetap memastikan untuk saling baik-baik saja.
Aku tak ingin segalanya begitu terburu-buru. Tetapi, ku sadari, jauh di dalam lubuk hati paling dalam, ada suara yang menggetarkan, berdegup kencang, menari-nari tatkala hari berganti dan masih kutemuimu kini.
Daftar Isi
- 1 Nyaman, Adalah Hal Pertama Yang Ku Rasakan. Hingga Aku Lupa Bahwa Telah Sejauh Ini Kita Tak Bernama
- 2 Bukan Ku Tak Berani Ungkapkan. Hanya Saja, Aku Mempunyai Cara Berbeda Untuk Menunjukkan Rasa.
- 3 Setelah Luka, Kini Kuberi Kesempatan Kedua. Semoga Kesempatan Ini Terbaik Untuk Kita
- 4 Kadangkala Jeda Selalu Memberikan Kita Ruang, Untuk Sadar Bahwa Kita Sama-Sama Bermakna Untuk Satu Dan Lainnya
- 5 Luka Dan Sadar Bahwa Kita Masih Miliki Rasa Yang Sama. Semoga Kesempatan Kedua Menjadi Pilihan Yang Takkan Kita Sesali Pada Akhirnya
Nyaman, Adalah Hal Pertama Yang Ku Rasakan. Hingga Aku Lupa Bahwa Telah Sejauh Ini Kita Tak Bernama

Adalah “nyaman” sebuah kata yang mampu menggambarkan segalanya tentang kita. Bertemu, lalu seringnya bersama. Bercerita, berkeluh kesah dan berbagi bahagia. Atau sebenarnya ada kata yang lebih pantas ketimbang hanya “nyaman” yang seharusnya begitu tepat mewakili kita sebenarnya.
Tetapi, sejak hadirmu membawa rasa nyaman yang lama tak kurasakan. Kau tahu? Bahwa ku temukan bahagia pada setiap kepingan kata yang kita kirimkan satu dengan yang lainnya. Pada setiap nada suara yang kita saling dengarkan pada saat-saat berharga yang jarang kita temukan. Pada setiap diam yang menenangkan. Pada setiap peluk yang menguatkan.
Kutemukan hal-hal besar yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Diterima dengan begitu lapang dengan sepaket kelebihan dan kekurangan.
Merasakan tulusnya perasaan yang bahkan ku pikir tak pernah lagi kudapatkan setelah masa lalu yang kelam. Lalu, sekian lama kita bersama, dengan entah bagaimana bermula, kita menjalaninya tanpa nama. Membiarkan segalanya berjalan apa adanya. Tanpa memasangkan label apa-apa seperti kebanyakan orang pada umumnya.
Bukan Ku Tak Berani Ungkapkan. Hanya Saja, Aku Mempunyai Cara Berbeda Untuk Menunjukkan Rasa.

Jika keseriusan menurut mereka harus selalu dengan sebuah label nama, aku tak pernah sepakat dengan itu adanya. Biarkan masa perkenalan ini, kita jalani dengan rasa bebas tanpa beban yang berat. Yang tetap mau saling berkomitmen, menjaga satu dengan yang lainnya.
Yang menjadikan kita lebih terbuka, tanpa perlu merasa canggung hanya karena ingin terlihat sempurna. Senangnya, kutemukanmu yang berpikiran terbuka. Yang tetap menerimaku walau kita tak memiliki nama entah itu apa. Yang saling mempercayai satu dengan yang lainnya, yang saling percaya untuk berusaha tak lagi ciptakan luka.
Menemukanmu, diterima olehmu. Ku rasa seperti temukan rumah yang sejak lama telah hilang bersama waktu yang terus berputar. Meninggalkan jejak luka dan trauma yang entah kapan kan hilang seutuhnya. Setelah hari itu,aku tak lagi percaya akan kata-kata cinta yang berterbangan dengan mudahnya. Yang tak ada rasa disetiap barisnya.
Yang hanya pemanis agar kembali pada peluk yang membuat remuk. Biarlah segalanya kita rayakan dalam euphoria bersama. Dengan cara yang berbeda dengan yang lainnya. Tak perlu terlalu gaduh. Biarkan riuh bahagia, tawa, serta tangis luka tentang kita bersama, kita rasakan tanpa perlu mereka tahu bagaimana adanya.
Karena kita yang tak bernama, bukan berarti dengan mudah pergi begitu saja.
*****
Setelah Luka, Kini Kuberi Kesempatan Kedua. Semoga Kesempatan Ini Terbaik Untuk Kita

Kadangkala tanpa kita sadari, kita mencipta luka pada cerita kita bersama. Entah karena lupa, atau bisa saja karena memang mungkin itu cara kita untuk melepaskan diri dari satu dengan lainnya. Karena kadang, kita sering merasa takut untuk terbuka, mengatakan yang sebenarnya, bahwa hubungan kita sedang tak baik-baik saja.
Dengan alasan kita tak ingin saling menyakiti secara tiba-tiba jika memilih untuk berkata yang seharusnya. Sayangnya, kesalahan yang semakin lama kita tumpuk, alasan-alasan tak masuk akal yang seringnya kita pupuk membuat kita lupa bahwa bosan selalu tak pernah luput menjadi penghias perjalanan kita bersama.
Bahwa ada rasa jenuh yang kadangkala hadir yang membuat kita menjadi tak lagi berselera hanya untuk sekedar bercerita. Lalu acapkali kita lupa bahwa, menuruti rasa jenuh dan bosan yang hanya sementara seringnya menjadi alasan tak logis untuk menyudahi hubungan. Yang bahkan, seringkali kita sadar, bahwa kita masih ingin bersama.
Kadangkala Jeda Selalu Memberikan Kita Ruang, Untuk Sadar Bahwa Kita Sama-Sama Bermakna Untuk Satu Dan Lainnya

Yang seringnya terlupa adalah, kita hanya perlu jeda. Ruang sendiri-sendiri untuk kembali mengerti keinginan diri, kembali mencintai diri sendiri setelah berusaha mencintai orang lain yang kini hadir dan menjadi bermakna dalam hidup kita. Kadang yang kita perlu hanya jeda. Istirahat sebentar dari setiap rasa yang hadir diantara kita.
Memberikan ruang pandang lebih lebar bahwa kita hanyalah dua manusia yang berbeda, yang semakin lama terasa menjadi pelengkap satu dengan lainnya. Hingga akhirnya kita sadar, bahwa meninggalkan tanpa alasan yang jelas, adalah suatu kebodohan yang kita lakukan hanya untuk merasa kita kembali baik-baik saja.
Yang seringnya terlupa adalah kita adalah dua manusia dewasa yang secara sadar memilih bersama. Entah dengan alasan yang bahkan kadangkala tak masuk diakal menjadikan kita bersama dalam waktu yang lama. Yang pasti, dalam perjalanannya kita saling temukan potongan yang hilang, temukan rasa nyaman dan perasaan pulang, menjadikan diri sendiri saat kita bersama-sama. Hingga pada akhirnya, jedalah yang sedang kita butuhkan.
Untuk kembali menatap satu sama lain, bahwa kita begitu berharga demi satu dengan lainnya. Bukan memilih untuk menghindar, menyakiti satu sama lain, lalu pergi hanya karena rasa jenuh yang bahkan seringkali datang dan sesering itu pula kita mampu melewatinya bersama-sama.
Luka Dan Sadar Bahwa Kita Masih Miliki Rasa Yang Sama. Semoga Kesempatan Kedua Menjadi Pilihan Yang Takkan Kita Sesali Pada Akhirnya

Semakin lama kita mencoba, semakin sering kita menebarkan luka. Hingga kadangkala kita memilih untuk berhenti, menyerah bahkan saat kita masih ingin bersama untuk melangkah. Luka yang bahkan tak pernah sadar kita cipta hanya karena yang sebenar-benarnya kita butuhkan hanyalah jeda.
Bukanlah orang-orang baru yang sejatinya membuat kita kembali pada titik awal. Kembali mengenali, kembali seperti orang lain yang bahkan hanya untuk diterima. Lalu, saat kita kini saling menyadari bahwa segala upaya tak pernah berhasil akhirnya.
Karena tentu, rasa kita yang masih sama menuntun kita untuk tetap memberi maaf sebesar-besarnya, masih menerima satu dengan lainnya bersama dengan peluk hangat yang selalu menjadi apa yang kita cari di akhir hari. Mungkin kali ini, akan ada rasa yang berbeda.
Akan ada ketakutan baru yang melingkupi kita bersama, kekhawatiran jika hal yang sama terjadi, kita memilih untuk meninggalkan luka bukannya menghadapinya secara dewasa. Tak ada yang tahu, pilihan kita untuk tetap bersama dengan kesempatan akankah berakhir baik atau hanya akan menambah luka.
Semoga, tak ada lagi luka yang sama, atau bahkan penyesalan tiada akhir nantinya. Yang ada hanyalah kita yang semakin sadar, bahwa kita tetap sama berharganya untuk satu dengan lainnya.