Viral  

Skala Waktu Gaib: Pemuda Batak Ini Merasa Sehari, Ternyata 6 Hari Hilang di Hutan Sumatra

Pemuda Batak Ini Merasa Sehari
Pemuda Batak Ini Merasa Sehari

Sebuah cerita nyata tentang pembangkangan, petualangan di dunia hitam, dan pertemuan mengerikan di hutan angker Sumatra yang mengubah hidup seorang pemuda dari Tapanuli Utara.

Di mata keluarganya di Tapanuli Utara, Bang Jerry adalah “anak mami.” Tumbuh di bawah bayang-bayang orang tua guru yang menerapkan disiplin ketat, ia merasa terkekang. “Saya enggak pernah diizinkan keluar malam… Tiga tahun saya nganggur, enggak punya pacar, enggak punya teman. Rasanya kayak hidup di kurungan,” kenangnya lirih.

Puncaknya terjadi pada suatu pagi di tahun 2016. Setelah pertengkaran hebat dengan sang ibu, Bang Jerry nekat mengambil keputusan: merantau. Berbekal uang Rp80.000 dan tekad membuktikan diri, ia naik bus tanpa tujuan pasti, hanya ingin lepas dari label “anak manja.” Tujuannya: Riau.

Kebebasan yang Menjerumuskan ke Dunia Gelap

Di Bagan Batu, Riau, ia menemukan pekerjaan sebagai buruh sawit. Hidupnya mulai tenang, namun pergaulannya berubah. Ingin merasakan “bebas kayak orang lain,” Bang Jerry mulai mengenal tuak dan lingkungan yang membawanya ke praktik terlarang: pencurian sawit alias “ninja.”

Pada salah satu aksi tengah malam, pengalaman yang sulit dilupakan pun terjadi.

  • Ia mencium bau busuk luar biasa—seperti bangkai membusuk di bawah terik matahari.
  • Saat menoleh, ia melihat dua kaki terbungkus kain putih tergantung di pohon sawit.
  • Dari balik pelepah, muncul sosok berambut panjang dengan wajah tertutup kain yang berdiri diam menatapnya.
  • Sosok itu kemudian tertawa melengking panjang.

“Saya mau lari tapi badan enggak bisa gerak. Cuma bisa doa,” ceritanya. Malam itu menjadi awal teror: ia demam tinggi dan dihantui mimpi dikejar perempuan berbaju putih. Tak lama kemudian, teman satu timnya hilang tanpa jejak di lokasi yang sama—tempat yang disebut warga sebagai “tanah angker bekas mati bunuh diri.”

Teror itu terus berlanjut. Bang Jerry melihat penampakan perempuan berpakaian merah darah dengan wajah hancur, yang tubuhnya beraroma wangi melati. Sadar bahwa ia telah melangkah terlalu jauh, ia kabur menuju Medan.

Hilang di Ambang Dua Dunia

Ketenangan tak berlangsung lama. Pamannya meminta Bang Jerry bekerja mengantar nasi di proyek pembukaan hutan panas bumi di daerah Paha Julup. Di sinilah pengalaman supranaturalnya mencapai puncaknya.

Pada hari ketiga, saat mengantar nasi, ia melewati jalan yang dilingkari police line proyek, lalu masuk ke jalur berbatu belerang. Tiba-tiba, garis kuning itu menghilang. Hutan yang tadinya terbuka, berubah menjadi rimbun dan asing. Ia mengejar seekor burung murai, burung kesukaannya, dan tanpa sadar, ia tersesat terlalu dalam.

Saat berhenti, ia menemukan hal yang benar-benar di luar nalar: sebuah perkampungan aneh di tengah hutan.

  • Orang-orang berjualan dengan sistem barter.
  • Mereka mengenakan ulos dan berbicara dialek Batak kuno yang hampir tak ia pahami.

Seorang perempuan tua, yang ia panggil Opung, menyambutnya. Ia disuruh Opung untuk beristirahat dan tidak pulang dulu. Bang Jerry tinggal di sana, namun ia merasakan keanehan yang menusuk: Waktu berhenti.

“Setiap saya lihat langit, tetap siang jam setengah tiga. Enggak pernah berubah,” katanya.

Entah sudah berapa lama ia berada di sana. Suatu hari, Opung memberinya bungkusan kecil berisi oleh-oleh. Ketika Bang Jerry menoleh untuk berterima kasih, dunia di sekelilingnya berputar. Ia tiba-tiba sudah berada di tepi sungai penuh bau belerang. Malam telah turun.

“Saya sadar, saya baru keluar dari dunia lain,” ucapnya.

Enam Hari yang Terasa Sehari

Dengan sisa tenaga, ia mengikuti aliran sungai hingga muncul di Siba Ganding, desa asalnya. Warga kaget melihatnya yang pucat dan kurus. Di tangannya, nasi bungkus untuk proyek masih utuh.

Bang Jerry merasa ia hanya hilang sehari. Namun, para pekerja proyek memberinya fakta yang mengejutkan: Ia telah menghilang selama hampir seminggu—enam hari penuh!

Kini, Bang Jerry bekerja sebagai tukang bangunan di Tapanuli. Ia tak lagi sombong, mematuhi nasihat orang tua, dan selalu membawa sejumput garam sebagai penolak makhluk gaib. “Kadang nasihat keras itu memang cara Tuhan menjaga,” katanya getir.

Meskipun bertahun-tahun telah berlalu, ia masih menyimpan “oleh-oleh” dari Opung: sebuah kain tua berwarna kuning berisi segenggam tanah kering. Ia tidak pernah berani membukanya.

Kisah Bang Jerry ini adalah pengingat mengerikan: niat membuktikan diri dengan cara yang salah bisa menjerumuskan seseorang ke dunia yang tak seharusnya ia datangi. Hutan Sumatra, yang menyimpan keindahan, juga menyimpan rahasia kelam yang tak terjamah oleh nalar manusia.

Kamu juga bisa membaca artikel menarik kami lainnya seperti

Tonton versi lengkap kisah nyata ini di Youtube Malam Mencekam.

Read More :  Pesan Romantis Isyana Sarasvati untuk Rayhan Maditra yang Berulang Tahun ke-30

Response (1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *