Pertemuan kita adalah skenario Tuhan yang tak pernah kusesali adanya. Bahkan jika pada akhirnya, tak jua berakhir bahagia seperti pada kebanyakan film yang ku tonton adanya.
Lagipula, tak berakhir bersama, bukan berarti tidak bahagia bukan? Karena segalanya adalah scenario Tuhan sejak pertama, jadi ku ikhlaskan segalanya kepada-Nya. Yang menuntun segala hal tentang kita hingga berakhir hingga begini adanya. Ada yang hilang, tentu saja. Tetapi apalah daya, jika pada akhirnya Tuhan tak inginkan kita bersama.
Aku terbiasa denganmu. Tentang segala hal. Bahkan, rasanya dahulu waktu selalu berpihak kepada kita. Waktu yang tak pernah dengan teganya memisahkan kita dalam rentang yang begitu lama. Aku terbiasa denganmu. Melewati banyak hal bersamamu. Entah hari itu segalanaya terasa begitu pahit, atau bahkan terasa manis sejak pagi hingga malam hari.
Tetapi, pada akhirnya kita menyadari, bahwa segala rasa yang pernah ada, setiap waktu yang pernah berlalu, tak pernah menjamin kita untuk tetap saling bersama hingga pada akhirnya.
Kini, biarkan segalanya berjalan sebagaimana mestinya. Setidaknya, kita pernah berusaha semampunya, walau pada akhirnya Tuhan jualah yang memilih untuk menciptakan perpisahan setelah pertemuan kita.
Daftar Isi
- 1 Perpisahan Itu Awalnya Terasa Begitu Menyiksa. Hingga Akhirnya, Perpisahan Jualah Yang Menjadi Gerbang Pertama Kita Temukan Bahagia Yang Berbeda.
- 2 Terima Kasih Atas Segalanya Yang Pernah Terjadi. Kini Langkah Kita Mengarah Pada Bahagia Baru Walau Tak Lagi Bersama
- 3 Aku Tak Sanggup Mengucap Rindu Padamu, Karena Sudah Kutitipkan Kepada Sang Ilahi
- 4 Waktu Seringnya Tak Memberikan Kita Kesempatan Yang Sama, Jadi Biarkan Segalanya Terjadi Seperti Apa Adanya
- 5 Bagaimanapun, Aku Tetap Rindu. Dikatakan Atau Tidak, Rindu Ini Akan Selalu Berlabuh Kepadamu.
Perpisahan Itu Awalnya Terasa Begitu Menyiksa. Hingga Akhirnya, Perpisahan Jualah Yang Menjadi Gerbang Pertama Kita Temukan Bahagia Yang Berbeda.
Terbiasa denganmu, tentu membuatku menjadi begitu candu. Rasa-rasanya selalu ada yang tak lengkap jika itu tanpa adanya kehadiranmu. Tetapi pada akhirnya, waktu jualah yang membuatku harus kembali melewati segalanya sendiri. Terbiasa tanpa adanya hadirmu, bahkan disaat-saat dimana aku teramat membutuhkanmu.
Perpisahan ini awalnya membuatku begitu kewalahan. Ada lubang besar tak terlihat didalam sana yang kamu tinggalkan tatkala kamu memilih arah yang berbeda, walau nyatanya masih mampu kutemukanmu di beberapa waktu. Walau pada pertemuan itu, tak ada lagi sapa seperti sedia kala, atau senyum yang selalu tergariskan jelas di bibir kita.
Aku harus terbiasa, melakukan segalanya sendiri. Terbiasa tak lagi berbagi cerita karena nyatanya, kamu adalah seseorang yang membuatku kembali percaya setelah sekian lama. Hingga, saat kamu memilih pergi, aku kembali mengurung diriku sendiri, pada kesendirian yang seringnya membuatku ingin menyerah berkali-kali. Tetapi, tanpa kupungkiri, Tuhan tak sejahat itu.
Perpisahan kita membuatku semakin tegar dan tahu harus seperti apa nantinya. Hingga akhirnya, perpisahan kita membuatku membuka kembali lembaran baru, dengan sedikit banyak rasa khawatir akan luka yang kan tiba pada akhirnya. Lalu, ku sambut ia, seseorang yang membawa bahagia yang tak pernah terduga sebelumnya.
Terima Kasih Atas Segalanya Yang Pernah Terjadi. Kini Langkah Kita Mengarah Pada Bahagia Baru Walau Tak Lagi Bersama
Awalnya kepergianmu, ku kira akan menjadi selamanya. Tetapi pada akhirnya, kadangkala masih kutemukanmu di waktu tertentu yang tak pernah mampu ku tahu kapan waktunya. Menjadi seseorang yang tetap sama, mendengarkan, berbagi, dan tertawa lalu kadang memilih menahan tangis bersama.
Walau pada akhirnya, kita sama-sama menyadari bahwa ada pembatas yang tak lagi mampu kita lewati. Aku tak pernah menyesal pernah ditemukan denganmu melalui scenario terbaik Tuhan selama ini.
Yang juga berjuang untukmu, meyakinkan diri bahwa langkahmu tetap membuatmu baik-baik saja hingga kini. Biarlah kita tak memiliki bahagia yang sama karena tak berakhir bersama-sama.
Tetapi bahagia kita kini adalah jalan baru yang kita pilih pada akhirnya. Memilih jalan yang berbeda, membuat pembatas yang lagi-lagi tak mampu kita lewati. Menuju ia, pada seseorang yang kita sebut dengan rumah ternyaman untuk kita pulang. Merebah setelah begitu lelah, dan tertawa bahagia pada setiap jalan kehidupan yang ada.
Terima kasih karena pernah hadir dengan sebaik-baiknya. Pergilah. Karena bahagiamu tengah menantimu didepan sana. Pun dengan bahagiaku, yang kini tengah ku usahakan sebaik-baiknya. Bahkan lebih baik saat kita bersama.
*****
Aku Tak Sanggup Mengucap Rindu Padamu, Karena Sudah Kutitipkan Kepada Sang Ilahi
Jarak kadangkala tak bisa kita elakkan. Entah bagaimanapun mengusahakannya, kita adalah dua orang yang masih sama-sama bebas, masih mampu untuk berpindah tempat selama kita mau dan mampu. Walau pada akhirnya meninggalkan yang sulit ditinggalkan.
Entah dalam waktu yang lama, atau dalam waktu sekejap saja. Rindu kadangkala mengusik jiwa, mengetuk begitu keras meminta temu agar segalanya tak terasa begitu menyesakkan. Sayangya, kadangkala jarak kita yang bisa saja begitu dekat tak membuat kita mudah bertemu dengan cepat.
Lagipula, benar katamu. Sering temu bukan berarti perasaan akan tetap baik-baik saja. Atau bahkan, tatkala waktu temu kita yang tak bisa sebanyak pecinta kebanyakan, bukan berarti rasa kita tak pernah benar adanya. Temu tak selalu menghindarkan kita dari pertengkaran yang kadangkala memberi warna baru dalam perjalanan.
Pun, jarak yang seringnya kita biarkan tak serta merta membuat perasaan kita kemudian menghilang lalu dengan cepat tergantikan. Karena bagaimanapun, rasa kita berdua akan tetap sama untuk satu dengan yang lainnya. Dalam perjalanan waktu yang sepi dan ramai, atau bahkan dalam buruk dan baik yang kita rasakan.
Waktu Seringnya Tak Memberikan Kita Kesempatan Yang Sama, Jadi Biarkan Segalanya Terjadi Seperti Apa Adanya
Pilihan langkah kita yang tak melulu bersama, seringnya membuat kita lupa bahwa ada yang tengah menanti, pada sebaris kata tentang kabar untuk menenangkan hati.
Sayangnya, seringnya kita lupa, bahwa memberi tahu bahwa baik-baik saja adalah apa yang seseorang nanti di ujung sana. Atau bahkan tatkala kita sedang begitu lelah dan tak tahu arah, nyatanya orang yang sama akan tetap menerima, memberi peluk terhangat yang kita butuhkan. Tanpa banyak kata, tanpa banyak ucap diantara kita.
Waktu berlalu tak melulu memberi kita kesempatan yang sama. Apa yang kita lakukan adalah tetap menjalin komunikasi sebagaimana seharusnya, karena setidaknya tetap memberi rasa tenang walau seringnya kesibukan membuat kita lupa,adalah apa yang membuat kita tetap merasa bahwa masih saling memiliki satu dengan yang lainnya.
Kita adalah makhluk yang bebas, yang masih mampu meraih kesempatan yang besar di luaran sana, entah terus bersama atau memilih sendiri-sendiri dalam menjalaninya.
Hingga pada akhirnya, kita tahu bahwa waktu dan hal-hal yang kita lewati mendewasakan, dan kita yang masih saling menggenggam menjadi alasan untuk terus berkembang dan menjadi alasan tempat ternyaman untuk pulang.
Bagaimanapun, Aku Tetap Rindu. Dikatakan Atau Tidak, Rindu Ini Akan Selalu Berlabuh Kepadamu.
Cara kita tak melulu sama dengan pecinta lainnya. Yang kadangkala, membuat kita terasa tak saling memiliki satu dengan yang lainnya dimata mereka semua.
Awalnya, membiasakan diri akan ini tak pernah mudah. Membandingkan dengan kebanyakan seringnya menjadi tolak ukur yang membuat kita lupa bahwa cara kita mencinta tak melulu sama dengan mereka. Perihal rindu, aku tak ingin memberatkanmu.
Katakana jika kamu mau, atau jika tidak aku takkan memintamu untuk bersusah payah dengan itu. Karena, dikatakan atau tidak, pemilik rindu ini tetaplah dirimu.
Seseorang yang menerimaku dengan baik, sebaik yang bahkan tak pernah ku bayangkan jauh sebelum kita bertemu. Seseorang yang selalu menjadi tempat berpulang yang nyaman, setelah lelah atau bahkan dalam selimut kebahagiaan.
Seseorang yang dengan begitu menyenangkannya menjadi tempat berbagi segala hal yang tak mampu ku elakkan betapa syukurku begitu besar karena adanya dirimu dalam hidupku saat ini. Biarlah jarak memberi kita ruang, untuk kesempatan pertemuan dihari kemudian. Menampung rindu mendalam, sebelum berakhir pada pertemuan yang kita nantikan.
Pada jarak ratusan kilometer jauhnya, perasaan yang sama, rasa cinta kasih ini tetap akan untukmu disana. Aku merindukanmu, sayang.