Strategi “Jalur Belakang” Dapatkan Kerja: Lebih dari Sekadar CV, Kunci Ada di Networking dan Referensi

Dapatkan Kerja
Dapatkan Kerja

Bagi para pencari kerja dengan latar belakang pendidikan yang tidak linear atau IPK yang pas-pasan, bersaing dengan ribuan pelamar di LinkedIn sering terasa seperti lotre.

Sebuah klip wawancara dari kanal SUARA BERKELAS bersama seorang praktisi membahas secara blak-blakan mengapa strategi “tembak CV” harus ditinggalkan dan bagaimana memanfaatkan networking untuk membuka pintu di perusahaan impian.

Referral: Pintu Masuk, Bukan “Jalur Ordal”

Menurut narasumber yang berlatar belakang teknik namun sempat berkarier sebagai business consultant, mengandalkan CV saja dapat menimbulkan disadvantage besar, terutama jika jurusan Anda tidak relevan.

Ia menekankan bahwa langkah krusial adalah meninggalkan cara konvensional dan berfokus pada hubungan:

“Kita harus ikutin yang namanya networking process… Bukan sekadar nembak-nembak CV online di LinkedIn di website-nya, tapi kita benar-benar ketemuin orang-orang yang di perusahaan itu.”

Tujuan akhir dari proses ini adalah mendapatkan referensi atau referral. Praktisi ini menampik pandangan bahwa ini sama dengan “jalur orang dalam” (ordal) yang bersifat nepotisme. Referral adalah upaya mencari ‘anchor’ di perusahaan yang dapat memberikan jaminan (vouch for us).

Namun, perlu diingat, referensi hanyalah gerbang awal:

“Kalau kita pakai jalur referral ini, lu cuma dapat interview pertama… habis itu you have to prove yourself… Lu harus kayak benar-benar ya ikut jalur normal sama orang-orang lain yang apply.”

Dengan kata lain, referral hanya menjamin Anda mendapat kesempatan untuk diwawancara oleh HR atau user, sementara kemampuan dan persiapan tetap menjadi penentu kelulusan.

Coffee Chat: Seni Bertanya yang Jitu

Jika networking adalah prosesnya, maka coffee chat adalah medan perangnya. Banyak pencari kerja melakukan kesalahan fatal saat pertemuan 30 menit ini, yaitu mengajukan pertanyaan generik seperti, “How’s the work-life balance at your company?” atau “What do you do everyday?

Read More :  Apa yang Harus Dimakan Untuk Menjaga Kesehatan Hati dan Meningkatkan Detoksifikasi?

Strategi yang diajarkan adalah mengubah fokus persiapan dari pertanyaan, menjadi fakta:

“Saya selalu ngajarin kita harus prepare tapi bukan prepare questions tapi prepare fun facts.”

Fun facts ini harus terkait dengan industri orang yang Anda ajak bicara, memaksa mereka untuk berdiskusi tentang hal yang benar-benar mereka kerjakan.

Untuk pertanyaan sensitif seperti budaya perusahaan atau work-life balance, lakukan dengan tidak langsung dan hubungkan dengan kehidupan pribadi mereka:

“Kita bisa bilang, ‘Oh saya lihat di your sosm atau di your LinkedIn kamu baru lulus MBA sekarang berkeluarga di Indonesia, gimana caranya lu balance work sama jaga anak atau have time for your wife?’”

Pertanyaan seperti ini akan dijawab dengan lebih jujur karena menyentuh aspek pribadi, memberikan informasi yang lebih akurat tentang fleksibilitas perusahaan.

Tiga Taktik Negosiasi Gaji (Hati-hati dengan yang Ketiga!)

Khusus untuk pekerja berpengalaman (job hopper), ada tiga cara negosiasi gaji yang bisa diterapkan:

Kuasai Kisaran Industri: Pastikan Anda tahu rentang gaji di posisi dan industri tersebut. Jangan menembak terlalu jauh di atas, agar Anda terlihat profesional.

Tinggikan Angka Saat Dibajak: Jika Anda didekati (head hunter), tembaklah angka jauh di atas ekspektasi Anda. Jika ingin kenaikan 30%, minta 50%, sehingga negosiasi akan turun ke angka yang Anda inginkan.

Adu Offer (Tidak Etis): Cara ini “tidak etis banget” tetapi terbukti berhasil. Jika Anda memiliki lebih dari satu tawaran, gunakan tawaran dari perusahaan yang paling tidak Anda sukai sebagai alat tawar.

“Kita ambil offer yang kita paling enggak suka, kita tenderin ke orang lain ke company lain. Kita bilang ‘Saya di-offer segini, kalau lu mau gua lu kasih lebih tinggi.’ …Tapi menurut gua enggak etis banget.”

Read More :  6 Bukti Bahwa Lelaki Sangat Memahami Hati dan Perasaan Wanita

Dengan terus menaikkan tawaran dari perusahaan satu ke perusahaan lain, Anda dapat mendapatkan tawaran tertinggi untuk diajukan ke perusahaan impian Anda. Meskipun berhasil, praktik ini diklaim merusak etika profesional.

Kamu juga bisa membaca artikel menarik kami lainnya seperti Diam-Diam Kaya: Ketika Ketenangan Jauh Lebih Mahal dari Validasi

Response (1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *