Podcast “Suara Berkelas” menghadirkan sosok inspiratif di dunia keuangan: Anisa Anis Stevi, seorang Certified Financial Planner (CFP) dan kreator konten. Dalam episode ini, Anisa membedah mitos-mitos keuangan dan memberikan jurus anti-gagal, terutama bagi para Gen Z dan Milenial yang bergulat antara ambisi, gaji UMR, dan godaan utang.
Inti pesannya jelas: Jika Anda ingin keluar dari lingkaran kemiskinan dan ketidakstabilan finansial, saatnya meninggalkan ilusi dan mulai bersikap realistis.
Daftar Isi
1. UMR Tidak Selalu Cukup: Fokus Memperbesar Penghasilan, Bukan Hanya Mengatur

Banyak yang terjebak dalam self-blaming saat kesulitan menabung, berpikir bahwa mereka “tidak berbakat” mengatur uang. Anisa Stevi menampik keras stigma tersebut.
“Nasihat terburuk tentang keuangan adalah ‘Gaji kamu tuh pasti cukup, kalau nggak cukup kamu aja nggak bisa ngaturnya.’ Nggak semua orang gajinya cukup!”
Terutama bagi mereka yang bergaji UMR namun menanggung banyak keluarga (kasus sandwich generation), mustahil uang dapat dicukup-cukupkan.
Solusi Jangka Panjang: Tambah Pundi-Pundi Penghasilan
Jika gaji sudah mentok dan pengeluaran tidak bisa dipangkas lagi, satu-satunya cara adalah menambah penghasilan.
Tinggalkan Gengsi: Hilangkan anggapan bahwa bekerja keras atau memiliki side hustle adalah hal yang memalukan. Gengsi tidak menghasilkan duit!
Investasi Waktu: Selama masih muda dan punya energi, maksimalkan waktu Anda untuk belajar dan bekerja. Upskilling dan networking adalah investasi terbaik saat ini
2. Jurus Ampuh Melawan Utang Konsumtif & Godaan Paylater

Utang, menurut Anisa, adalah masalah kebiasaan (habit). Jika sudah terbiasa berutang, kebiasaan itu akan terbawa hingga tua.
A. Taktik Melunasi Utang: Bersikap Jujur pada Diri Sendiri
Untuk keluar dari jeratan utang, langkah pertama adalah kesadaran dan penerimaan.
Buat Daftar Lengkap: Tulis semua utang Anda, ke mana saja, berapa jumlah bunga, dan total keseluruhannya. Jangan denial!
Jual Aset atau Kerja Ekstra: Jika tidak ada cara lain, jual aset apa pun yang Anda miliki—bahkan perhiasan—atau ambil pekerjaan tambahan khusus untuk melunasi utang.
Hentikan Utang Baru: Ini bagian tersulit: Jangan sampai kondisi darurat memaksa Anda berutang lagi.
B. Mitos Utang Produktif
Mengenai “utang produktif,” misalnya membeli iPhone mahal dengan Paylater untuk ngonten, Anisa bersikap skeptis.
Utang produktif hanya masuk akal jika Anda sudah terbukti bisa menghasilkan uang untuk membayar cicilannya. Jika belum, risikonya terlalu tinggi.
C. Kenali Jebakan Diskon
Jangan Takut Ketinggalan (FOMO) Diskon! “Nggak dapat cashback pada saat kamu belanja, nggak apa-apa lho. Kalau aku nggak mampu tanpa diskon, berarti aku nggak mampu,” tegasnya. Jika Anda harus mengandalkan diskon atau Paylater untuk membeli barang, itu pertanda Anda memang belum mampu membelinya.
3. Pilihan Tempat Tinggal: Realistis Soal Beli Rumah
Dalam konteks harga properti di kota besar seperti Jakarta yang “nggak masuk akal,” Anisa memilih strategi yang realistis: mengontrak.
Fokus Kualitas Hidup: Pilih mengontrak di lokasi dekat kantor atau sekolah anak. Hal ini mengurangi stres dan waktu tempuh, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas hidup.
Beli Rumah Butuh Kepastian: KPR untuk beli rumah hanya disarankan jika Anda memiliki rencana menetap di kota tersebut minimal 15 tahun ke depan. Jika Anda masih berpindah-pindah, rumah hanya akan menjadi beban (liabilitas) karena biaya maintenance dan kesulitan menyewakannya.
4. Pondasi Parenting Finansial: Emosi Dulu, Uang Kemudian
Anisa Stevi menekankan bahwa mengajari anak tentang uang tidak dimulai dengan menabung, melainkan dengan regulasi emosi.
Hadapi Kekecewaan: Saat anak tantrum karena tidak dibelikan mainan, biarkan mereka merasakan kecewa. Jangan alihkan kesedihan atau kemarahan dengan belanja atau makanan (misalnya, ajakan “makan all you can eat karena sedih”).
Edukasi Anggaran: Setelah anak mengenal angka, berikan mereka anggaran (misalnya dari uang Lebaran) dan biarkan mereka berbelanja sendiri. Ini melatih mereka memahami batas kemampuan uang dan konsekuensi dari setiap pembelian.
Bersikap Terbuka: Hindari mengatakan “tidak ada uang.” Lebih baik jelaskan bahwa Anda harus bekerja untuk membiayai kebutuhan dasar (seperti listrik dan AC), bukan hanya susu atau mainan. Keterbukaan ini melatih anak untuk tahu diri dan memahami kondisi keuangan keluarga.
Kesimpulan:
Bekerja keras, menambah skill, dan berani menunda kepuasan (melawan godaan utang) adalah kunci utama mencapai kebebasan finansial. Gengsi tidak akan membayar kos-kosan Anda, jadi fokuslah pada tujuan, bukan validasi dari orang lain
Ingin tahu lebih banyak tentang tips keuangan dari Anisa Stevi? Tonton video lengkapnya di saluran YouTube Suara Berkelas!
Apakah Anda ingin saya memberikan detail lebih lanjut mengenai salah satu poin di atas, misalnya tentang strategi upskilling untuk menambah penghasilan?
Kamu juga bisa membaca artikel menarik kami lainnya seperti Tersesat di Usia 20-an: Berhenti Jadi Kayu Hanyut, Mulai Jadi Kapal Sendiri!
Response (1)