Olret.id – Pernahkah Anda merasakan air mata menetes tanpa bisa ditahan saat sedang berdoa, membaca Al-Qur’an, atau mengingat dosa? Fenomena ini—menangis karena takut, rindu, atau berharap kepada Allah—bukanlah sekadar emosi biasa.
Menurut Ustadz Khalid Basalamah, air mata ini adalah karunia agung dan indikator utama dari kebersihan jiwa seorang hamba.
Dalam ceramah beliau yang berjudul “Rahasia Dibalik Menangis saat Beribadah,” Ustadz Khalid Basalamah mengupas tuntas keutamaan tersembunyi di balik tangisan tersebut, menjadikannya sebuah peta jalan menuju kedekatan yang istimewa dengan Sang Pencipta.
Daftar Isi
Tanda Cinta dan Jaminan Keselamatan

Menangis dalam ibadah seringkali menjadi penanda bahwa jiwa telah mencapai level keimanan tertentu. Ini adalah momen langka, bahkan kadang-kadang, musibah pun didatangkan semata-mata agar kita bisa merasakan nikmatnya menangis dan meminta pertolongan dengan setulus hati.
Ustadz Khalid Basalamah mengutip sebuah hadis yang memberikan janji luar biasa bagi mereka yang dianugerahi air mata ini: “Tidak akan masuk ke dalam neraka seorang yang menangis karena takut kepada Allah…”
Artinya, air mata yang menetes karena rasa takut akan siksa-Nya, atau karena harapan besar akan rahmat dan surga-Nya, adalah perisai yang menyelamatkan. Ia adalah bukti bahwa hati seseorang telah tunduk sepenuhnya kepada keagungan Allah.
Meneladani Tawadhu dan Keimanan Nabi Muhammad SAW
Salah satu momen paling menyentuh dalam ceramah ini adalah kisah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam saat meminta Abdullah bin Mas’ud untuk membacakan Surah An-Nisa. Meskipun Al-Qur’an diturunkan kepada beliau sendiri, Nabi SAW ingin mendengarnya dari orang lain—sebuah pelajaran tentang ketawadhuan (kerendahan hati) yang tak tertandingi.
Saat bacaan sampai pada ayat yang menceritakan bagaimana setiap Rasul akan didatangkan sebagai saksi bagi umatnya di hari kiamat, Nabi SAW pun meneteskan air mata. Air mata ini bukan karena takut, melainkan karena terharu atas besarnya nikmat Allah yang menjadikan beliau sebagai saksi dan pemimpin umat terbaik.
Kisah ini memberikan kita tiga pelajaran mendalam:
- Dengarkan Al-Qur’an dengan Terjemahan: Untuk memahami pesan Allah dan merasakan sentuhannya di dalam hati.
- Jadilah Pribadi yang Tawadhu: Selalu menerima kebenaran dari siapa pun, tanpa melihat status sosialnya.
- Tinggalkan Kelalaian: Kita perlu meneladani para sahabat yang begitu mudah tersentuh oleh ancaman dan janji Allah hingga mereka banyak menangis dan sedikit tertawa.
Pilihan Hidup yang Paling Berharga
Puncak dari keimanan sejati diperlihatkan oleh kaum Anshar dalam peristiwa Perang Hunain. Ketika sebagian sahabat mendapatkan banyak harta rampasan perang, kaum Anshar tidak diberikan. Nabi Muhammad SAW lantas mengumpulkan mereka dan bertanya, “Wahai Anshar, mana yang kalian lebih sukai? Orang lain pulang membawa harta, dan kalian pulang bersama Rasulullah?”
Mendengar pertanyaan itu, mereka tersentuh. Mereka menutup wajah dengan pakaian dan menangis terisak, sambil berkata, “Kami rida kepada Allah dan Rasul-Nya.”
Ini adalah standar keimanan tertinggi: Mendahulukan Allah dan Rasul-Nya di atas segala harta, kepentingan, dan urusan dunia. Air mata yang tulus adalah bukti dari pilihan hidup tersebut.
Kunci untuk Membuka Karunia Tangisan
Ustadz Khalid Basalamah memberikan kunci praktis agar hati kita menjadi lunak dan mudah meneteskan air mata saat beribadah:
Jangan Tinggalkan Al-Qur’an: Jadikan membaca dan mendengarkan Al-Qur’an—terutama dengan terjemahan—sebagai rutinitas harian. Al-Qur’an adalah kalamullah yang akan menjadi penolong di hari kiamat.
Baca Keutamaan Ibadah: Untuk rajin melakukan ibadah sunnah (seperti salat Dhuha atau puasa sunnah), pahami keutamaan (fadilah) dari ibadah tersebut agar termotivasi untuk menjalankannya.
Tinggalkan Dosa Karena Ancaman Allah: Sebagaimana kita membaca keutamaan amal saleh, kita juga perlu membaca ancaman-ancaman dosa agar kita takut dan segera bertaubat.
Menangis saat beribadah bukanlah tanda kelemahan, melainkan kekuatan iman yang membuat seorang hamba lebih dekat dan spesial di mata Tuhannya. Air mata tersebut mahal, dan ia adalah jembatan menuju keselamatan abadi.
Apakah ada poin spesifik dari ceramah ini yang ingin Anda bahas lebih lanjut, seperti keutamaan membaca Al-Qur’an atau kisah tentang kaum Anshar?
Kamu juga bisa membaca artikel menarik kami lainnya sepeti Utang-Piutang: Menjadi Pintu Surga atau Justru Penghalang Masuk? Kupas Tuntas Fiqihnya Bersama Ustadz Khalid Basalamah
Response (1)