Pernahkah Anda merasa sudah bekerja 24/7, namun produktivitas tak kunjung membaik? Atau merasa kesulitan mengendalikan mood dan impulsif dalam mengambil keputusan? Jawabannya mungkin tidak ada pada jam kerja tambahan, melainkan pada waktu tidur Anda.
Dalam episode spesial podcast SUARA BERKELAS, host Bilal Faranov mengupas tuntas bersama pakar tidur, Mas Fisal, tentang bagaimana otak dan tubuh kita bekerja saat terlelap. Hasilnya, tidur bukan sekadar “rehat,” melainkan strategi paling vital untuk kesehatan, performa, dan bahkan stabilitas finansial.
Daftar Isi
Mengapa Budaya Always-On Merusak Tidur Anda?

Mas Fisal menjelaskan bahwa masalah tidur modern seringkali bukan hanya disebabkan oleh blue light dari gawai atau kafein. Akar masalahnya lebih dalam: budaya hustle.
“Yang menjadi problem saat ini itu bukan blue light [atau] kafein. Mereka itu adalah semacam efek dari sebuah budaya di mana kita merasa tidak baik atau bahkan bersalah kalau kita berhenti sejenak.”
Ketika kita terus-menerus terobsesi untuk “produktif” dan takut ketinggalan (Fear of Missing Out/FOMO), sistem saraf kita terperangkap dalam mode simpatik (mode fight, flight, focus). Padahal, untuk bisa tidur, tubuh harus didominasi mode parasimpatik (mode rileks). Jika mode rileks gagal diaktifkan, tidur tidak akan optimal, dan pemulihan tubuh pun terhambat.
Tiga Pilar Tidur Berkualitas

Untuk benar-benar mendapatkan manfaat tidur, lupakan anggapan bahwa hanya kuantitas yang penting. Tidur yang berkualitas harus memenuhi tiga karakteristik penting:
- Durasi Cukup: Untuk orang dewasa, durasi rata-rata yang optimal adalah 7 hingga 9 jam per malam. Mengklaim “cukup tidur 4 jam” adalah miskonsepsi yang berbahaya, karena fungsi pemulihan tubuh membutuhkan waktu yang memadai.
- Efisiensi Tinggi: Mayoritas waktu Anda di tempat tidur harus dihabiskan untuk tidur, bukan untuk berguling gelisah. Jika Anda menghabiskan waktu berjam-jam di kasur tanpa tidur, efisiensi tidur Anda rendah.
- Efek Restoratif: Bukti nyata tidur yang baik adalah bangun dengan badan segar, mood bagus, dan daya pikir tajam. Pemulihan harus terjadi secara holistik—fisik, mental, dan emosional.
Dampak Tidur pada Karir dan Keuangan
Tidur bukan hanya urusan pribadi, tapi juga faktor penentu keberhasilan perusahaan. Kurang tidur, yang didefinisikan Mas Fisal sebagai tidur di bawah 6 jam secara konsisten, memiliki konsekuensi besar:
- Keputusan Finansial yang Impulsif: Kurangnya tidur membuat otak rasional (prefrontal cortex) melemah, sementara pusat ketakutan (amigdala) menjadi lebih reaktif. Alhasil, Anda menjadi lebih cemas, impulsif, dan rentan membuat keputusan yang salah dalam bisnis atau investasi.
- Leader yang Tidak Empati: Pemimpin yang kurang tidur cenderung kesulitan berempati dengan timnya, menciptakan lingkungan kerja yang tidak harmonis dan menurunkan kinerja tim.
- Risiko Berat Badan dan Pola Makan: Kurang tidur mengacaukan hormon lapar (ghrelin naik) dan hormon kenyang (leptin turun). Selain itu, Anda menjadi lebih impulsif mencari makanan highly process sebagai reward, yang berkontribusi langsung pada kenaikan berat badan dan risiko kesehatan metabolik.
Tips Praktis untuk Mengaktifkan Mode Rileks
Jika Anda merasa sulit tidur, solusinya bukan berusaha keras, melainkan mempersiapkan diri.
1. Konsistensi Adalah Kunci Utama
Jauh lebih penting daripada durasi, konsistenlah dengan jam tidur dan bangun Anda setiap hari, termasuk akhir pekan. Konsistensi inilah yang akan menstabilkan jam biologis (circadian rhythm) tubuh Anda.
2. Lakukan Down Regulate (Ritual Rileks)
Terapkan ritual winding down selama 30 hingga 60 menit sebelum tidur. Lakukan apa pun yang Anda anggap santai—membaca, mendengarkan podcast, atau menonton (ya, Mas Fisal sendiri mengaku menonton film sebelum tidur!)—selama itu membantu sistem saraf Anda tenang. Ingat, gadget itu netral, keputusan Anda untuk terus scrolling atau terhubunglah yang merusak.
3. Olahraga dengan Dosis Tepat
Aktivitas fisik yang terstruktur akan membuat tubuh lelah secara “sehat” dan mempermudah tidur. Namun, jika dosis olahraga terlalu besar dan membuat Anda terlalu capek (overtraining), Anda justru bisa kesulitan tidur karena tubuh tidak dapat rileks.
4. Manfaatkan Power Nap
Tidur siang boleh dilakukan sebagai pelengkap tidur malam. Power nap selama 20–30 menit antara pukul 13.30–15.00 dapat meningkatkan kemampuan kognitif tanpa mengurangi kelelahan fisik, sehingga tidak mengganggu tidur malam Anda.
Tidur Adalah Zona Pertumbuhan (Growth Zone)
Mengakhiri obrolan, Mas Fisal menyentuh perdebatan “keluar dari zona nyaman.” Ia menyamakan tidur dengan masa pemulihan (recovery) setelah berlatih di gym.
“Tidur merupakan part of recovery, bahkan recovery protocol. Belum ada protokol recovery yang secanggih dan sekuat tidur yang cukup.”
Tidur bukanlah penghambat produktivitas yang harus dieliminasi. Tidur adalah momen di mana penyembuhan terjadi (healing happens), ingatan dipindahkan, emosi diproses, dan kreativitas diasah.
Kesimpulan: Jangan anggap remeh tidur. Perlakukan tidur sebagai strategi terpenting Anda untuk menjadi pribadi yang lebih sehat, rasional, dan sukses. Sudah saatnya kita menghormati waktu tidur dan mengklaim kembali hak kita untuk tidur nyenyak.
Kamu juga bisa membaca artikel menarik kami lainnya seperti 6 Buah yang Baik untuk Penderita Asam Urat
Response (1)