Tak semua orang mudah berteman, tetapi nyatanya tak semua orang pula menghargai pertemanan
Tuhan mengirimkan orang lain di kehidupan kita agar kita tidak merasa sendirian. Karena Ia begitu baik, memahami bahwa ciptaannya adalah orang-orang yang tak mampu untuk menjalani segalanya sendirian. Sekuat apapun ia berusaha, pada akhirnya ia akan tetap membutuhkan orang lain juga.
Aku yang tak begitu mudah untuk berteman dengan orang lain, pada akhirnya kamu datang. Menawarkan banyak rencana menyenangkan seperti kebanyakan mereka yang berteman. Saling mengisi satu sama lain, bagaimanapun keadaan. Menemani kemanapun pergi, bahkan berbagi cerita dari hal yang tak penting hingga pada suatu rahasia yang selama ini ku simpan sendiri.
Kamu adalah satu dari banyaknya orang yang mau menerimaku. Tanpa syarat apa-apa. Kamu datang, tatkala banyak orang yang tak mau berteman, atau mungkin dekat denganku hanya karena kebutuhan. Hari demi hari berganti, kamu membuatku yakin bahwa aku diterima dengan sepenuh hati olehmu.
Daftar Isi
- 1 Tak Ada Yang Selamanya Berjalan Lancar, Tetapi Pada Akhirnya Kita Tetap Berteman
- 2 Aku Harus Merelakanmu Pergi Karena Ku Tahu, Berteman Perlu Dorongan Dari Hati
- 3 Menunggumu Memang Lama, Namun Ketetapan-Nya Selalu yang Terbaik
- 4 Terus Menata Diri Adalah Hal Terbaik Yang Bisa Kuusahakan, Hingga Hari Itu Tiba Semoga Tuhan Memberikan Kesiapan
- 5 Dan Akhirnya Setelah Sekian Lama, Penantian Itu Menuju Pada Awal Perjalanan Baru Kehidupan Kita
Tak Ada Yang Selamanya Berjalan Lancar, Tetapi Pada Akhirnya Kita Tetap Berteman
Kadangkala pertemanan kita diselimuti pertengkaran kecil. Tentang ketidaksepahaman kita antar satu dengan lainnya, atau karena terkadang kita hanya merasa kehilangan satu dengan yang lainnya hanya karena kesibukan kita yang berbeda. Atau bahkan keraguan atas kata-kata orang di luaran sana tentang satu dengan yang lainnya.
Tetapi pada akhirnya, kita memilih untuk saling terbuka, membicarakan segalanya dengan hati yang lapang dan pikiran terbuka. Berbekal maaf dan kesempatan yang kesekian kalinya, kita kembali berteman seperti sedia kala.
Tetapi, lambat laun kita semakin bertumbuh dan berbeda. Bertemu dengan banyak orang. Meubah cara pikir, meubah pola yang telah lama tertanam dalam diri kita.
Mencari kecocokan yang mungkin telah lama kita idam-idamkan. Karena seringnya kita adalah dua orang yang saling mengisi karena banyak perbedaan. Atau bahkan selera kita yang seringnya tak pernah sama, yang pada akhirnya membuat pertemanan kita tak berjalan begitu baik karenanya.
Aku Harus Merelakanmu Pergi Karena Ku Tahu, Berteman Perlu Dorongan Dari Hati
Kamu mulai berbeda. Lalu lama-lama kemudian menghilang. Kini sulit kutemukan. Pada waktu yang kurasa kita masih dapat bertemu dan berbagi cerita, kini kamu memilih pergi dengan yang lainnya. Dengan mereka yang sepertinya lebih mengertimu, dan lebih sering mengiyakan semua maumu.
Jujurku kini cemburu. Pada mereka yang dengan mudahnya merebut hatimu, merebut waktumu, atau bahkan merebut kepercayaanmu dariku.
Aku egois bukan? Menginginkanmu segini besar, dan tak mau berbagi dengan mereka yang sepertinya dekat denganmu hanya karena posisimu yang sedang menguntungkan. Tetapi, aku tahu tak ada yang dapat ku lakukan. Selain merelakanmu pergi, kepada mereka yang kini lebih membuatmu terlihat bahagia sepanjang hari.
Mungkin, nasehatku kadang tak pernah pas denganmu. Atau bahkan pola pikirku yang seringnya malah menjadi perdebatan untuk kita dan pada akhirnya kamu merasa bahwa aku tak mendukungmu sebaik mereka.
Di lubuk hati terdalamku, aku tak ingin hanya menjadi teman yang selalu mendukungmu, bahkan jika itu sebenarnya buruk untukmu sendiri. Aku ingin berteman denganmu, bertumbuh bersamamu menjadi orang yang lebih baik dari hari ke hari. Sayangnya, mungkin tujuanku tak pernah sampai kepadamu. Seingin apapun aku mengutarakannya kepadamu.
Lalu pada akhirnya, kini pertemanan kita di selimuti jarak. Jarak tak kasat mata yang mau tak mau membuatku harus merelakanmu memilih mereka. Mungkin salahku tak mampu membuatmu terus berteman denganku hingga kini. Sekeras apapun ku berusaha, pertemanan tetaplah membutuhkan perasaan tulus dari hati.
Terima kasih karena telah menjadi teman yang baik denganku. Berbagi banyak hal. Tertawa bersama, menangis bersama. Jika suatu hari kamu mencariku, kamu tahu kemana harus menujuku.
Dan ku pastikan nomor ponselku tak akan berubah. Aku masih menyayangimu sejak pertama kamu datang sebagai temanku. Dan hingga kapanpun aku akan tetap menyayangimu. Jangan ragu mencariku, kapanpun kamu membutuhkanku.
*****
Menunggumu Memang Lama, Namun Ketetapan-Nya Selalu yang Terbaik
Sering kali mereka bertanya. Kapan giliranku tiba. Saat orang-orang yang seumuran denganku satu persatu telah dipinang oleh jodohnya atau bahkan sudah menimang anak-anaknya, aku masih berkutat dengan duniaku saja.
Memperdalam ilmu yang ku suka, bekerja sepanjang hari, atau mungkin menyibukkan diri dalam banyak agenda di luaran sana. Hingga suatu ketika, beberapa dari mereka pun berkata, jika kesibukanku hanyalah topeng untuk menutupi karena sebenarnya betapa lelahnya aku untuk terus menunggu hingga waktunya tiba. Apalagi, saat itu, aku sedang tak menjalin rasa dengan siapa-siapa.
Berat rasanya. Bahkan terkadang, di sudut ruang, saat sayup-sayup terdengar suara adzan, aku menangis begitu dalam. Bertanya kepada Tuhan, mengapa belum ada seseorang yang datang. Apakah dosa-dosa di masa laluku yang menjadi penghalang? Ataukah salah jika pilihanku saat ini masih belum ingin menikah seperti yang lainnya?
Terus Menata Diri Adalah Hal Terbaik Yang Bisa Kuusahakan, Hingga Hari Itu Tiba Semoga Tuhan Memberikan Kesiapan
Terus tenggelam dalam kata-kata menyakitkan tak akan membuatku segera ke pelaminan. Meminta mereka semua untuk berhenti terus-terusan berkata pun sepertinya hal yang tak mungkin ku lakukan. Lalu kemudian, aku memilih lagi dan lagi menenggelamkan diri dalam kesibukan. Dalam tuagas-tugas mata kuliahku yang semakin lama semakin menantang, atau pada project pekerjaanku yang perlu segera ku selesaikan.
Aku menciptakan bahagiaku sendiri sambil menanti hadirmu yang aku tak tahu kapan. Dengan banyak cara yang bisa ku lakukan. Dengan tetap berusaha tidak memperdulikan semua kata mereka yang ku tahu tidak akan meubah hidupku kemudian. Menghabiskan waktu untuk terus bertumbuh dan berkualitas lebih baik, membahagiakan kedua orang tua, dan bahkan mencipta bahagia bersama teman-teman yang ada.
Walau begitu, ketika hari telah usai, aku akan kembali. Menatap kaca, berbincang pada diriku sendiri. Bahwa setiap insan punya waktu tunggunya sendiri-sendiri. Bahwa pernikahan bukanlah peristiwa yang memiliki standart yang harus disamakan. Jika menurut mereka umur bahkan penghasilan telah memadai tetapi Tuhan belum meridhoi, seingin apapun pernikahan tak akan kunjung datang.
Dimanapun dirimu berada, seseorang yang akan menuntunku, berbagi hidup denganku hingga akhir waktunya tiba. Di penghujung hari, aku selalu melantunkan do’a untukmu. Semoga Tuhan senantiasa berkenan menjagamu, memberikanmu kesehatan, dan menyatukan kita pada waktu yang ia pilihkan.
Dan Akhirnya Setelah Sekian Lama, Penantian Itu Menuju Pada Awal Perjalanan Baru Kehidupan Kita
Mereka bilang, kesabaran itu akan berbuah baik pada akhirnya. Dan penantian panjang itu, kini terjawab sudah. Bersanding denganmu, seseorang yang selama ini ku semogakan. Seseorang yang Tuhan pilihkan untukku setelah menanti dalam penantian panjang. Penantian yang di bayar dengan disandingkan denganmu di pelaminan adalah yang tak terbayangkan olehku sebelumnya.
Seseorang dengan tak hanya berperangai baik, tetapi juga meneduhkan. Seseorang yang Tuhan pilihkan untuk menerima segela kekurangan sepaket dengan kelebihan dan masa laluku yang kelam. Syukur tak terkira yang dapat ku panjatkan. Berterima kasih atas hadirmu yang bersedia melengkapiku. Yang saling menemukan dan bersiap untuk melanjutkan kehidupan bersama hingga akhir waktu tiba.
Setelah ini, aku tahu bahwa kehidupan kita tak melulu mudah dan penuh bahagia. Kita adalah dua insan yang berbeda latar belakang yang Tuhan satukan untuk bersama.
Mungkin sekali waktu akan kita temui banyaknya perbedaan yang ada diantara kita. Tetapi semoga janji suci yang kita ucapkan di hadapan semesta, do’a-do’a yang sering kita panjatkan untuk di kuatkan bersama, ilmu dan bekal kehidupan yang kita punya, semoga cukup untuk terus membuat kita bersama tumbuh dan menggapai ridho-Nya.